Warganet diminta untuk lebih bijak dalam memilih pemimpin untuk Republik Indonesia.
Beberapa warganet mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap pemimpin yang tampak sederhana, namun sebenarnya hanya melakukan pencitraan.
Fenomena ini semakin disorot setelah Wakil Presiden Gibran Rakabuming tampil dengan citra yang terkesan sederhana. Namun, beberapa pihak menilai bahwa ini adalah sebuah gimmick.
Pernyataan ini muncul setelah video Gibran yang memilih untuk naik pesawat ekonomi ketimbang pesawat kepresidenan menjadi viral. Warganet di media sosial X pun menilai langkah tersebut sebagai bagian dari pencitraan yang tidak autentik.
Akun X @jackvardan mengkritik fenomena pemimpin yang tampak sederhana, namun sebenarnya merusak banyak sektor dengan kebijakan mereka.
"Kalian gak kapok sama pemimpin yang kelihatan sederhana? Kebanyakan gimik, tapi indikator sektor apapun dirusaknya. Daya rusaknya dahsyat," tulisnya.
Banyak warganet yang merespons cuitan tersebut, termasuk akun @barkode46 yang menilai bahwa meskipun tampak sederhana, dampak buruk yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut sangat besar. "terlihat sederhana tp daya rusaknya loearrr biasaaaaah…."
Akun lain, @semutrangrang, juga menyoroti masalah bansos yang hanya bertahan beberapa hari dan dampaknya yang dirasakan masyarakat dalam jangka panjang.
"Ga ada kapoknya…di gaplokin bansos juga diem. Ntr kalo udh susah teriak2. Gara2 bansos abis cuma berapa hari sengsaranya tahunan."
Sementara itu, @themarshall menyatakan tidak merasa kapok memilih pemimpin yang sebenarnya memiliki niat buruk, dengan menyebut mereka sebagai "iblis". "Aku gak kapok, karena aku gak pernah milih pemimpin sok sederhana padahal iblis."
Sejumlah warganet juga mengomentari soal Mulyono yang dianggap mewariskan ilmu buruk kepada anak-anaknya. Akun @fazamutaqi0210 menegaskan bahwa rakyat harus lebih pintar dalam memilih pemimpin, mengingat pengalaman buruk selama 10 tahun yang dipenuhi dengan pencitraan palsu.
"Mulyono 'mewariskan' ilmunya ke anaknya, rakyat harus lebih pintar masa iya 10 tahun dibodohkan dengan 'pencitraan' palsu akan terulang lagi."(*)