Eks Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok membeberkan alasannya beberapa kali berpindah partai politik (parpol) hingga akhirnya berlabuh di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Hal ini disampaikan saat Ahok setelah Ketua DPP PDI-P itu setelah mendapat pertanyaan dari banyak orang yang menyebut dirinya tidak setia dengan parpol.
“Terus orang tanya sama saya, ‘bapak ini enggak setia sama partai politik’. Saya bilang, 'saya tidak pernah pindah partai politik lalu karena mau itu (jabatan), saya loncat', enggak pernah saya,” ungkap Ahok dalam acara deklarasi Ahokers di Gedung Serbaguna Senayan, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (5/10/2024).
“Saya pindah partai karena tidak berprinsip partai tersebut. Saya ikut partai karena ideologi, bukan pragmatis,” imbuh dia.
Bahasa dan Negara Paripurna
Dalam satu momen, Ahok sempat membuat pernyataan kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengenai parpolnya jika suatu hari dicekal oleh banyak pihak.
Kepada Megawati, Ahok mengaku akan maju sebagai garda terdepan untuk mempertahankan PDI-P.
“Saya bilang sama ibu waktu itu, ‘kalau suatu hari partai kita dicap partai terlarang, dipenggal, dihukum mati pun saya akan maju ke depan untuk dipenggal’. Karena ini ideologi saya,” tegas Ahok sambil menggebu-gebu.
“Tetapi, kalau partai politik tidak punya ideologi mengurus rakyat, sorry, saya tinggalkan. Ini sangat jelas, sebagai kader partai, kita harus disiplin berorganisasi,” pungkas dia.
Untuk diketahui, PDI-P menjadi partai ke-4 bagi Ahok.
Ia sebelumnya merupakan kader Perhimpunan Indonesia Baru (PIB), Golongan Karya (Golkar), dan Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Ia memutuskan keluar dari partai saat masih menjabat sebagai wakil gubernur Jakarta, sebelum akhirnya menjadi gubernur Jakarta menggantikan Joko Widodo yang terpilih sebagai Presiden.