Nama Prathita Amanda Aryani tiba-tiba mendadak viral di media sosial X.
Namanya dikaitkan dengan peristiwa meninggalnya dokter dan mahasiswa PPDS Universitas Diponegoro (Undip) Aulia Risma Lestari.
Hal itu muncul karena dugaan beredarnya pesan chat yang diduga milik Prathita Amanda Aryani kepada para juniornya.
Beberapa tekanan dalam chat tersebut memperlihatkan bagaimana Prathita Amanda Aryani menyuruh para juniornya makan nasi padang hingga 5 bungkus seorang diri.
Berikut petikan dugaan chat sang dokter kepada juniornya.
Chat tersebut merupakan chat tahun lalu yang masih tersimpan di salah satu ponsel mahasiswa.
Mahasiswa Undip juga menyebutnya sebagai Chief Bedah atau Kepala Bedah.
“Nasi Padang 1 utuh, lauk sayur nangka, telur bulat, ayam pop 5 bungkus per orang. Share video kalian lagi makan itu 5 bungkus,” tulis chat tersebut.
Para junior tak berani menjawab apa-apa selain “siap”.
Netizen ikut kesal melihat cara didikan sang junior.
Prathita disebut sebagai mukbang alias memaksa orang makan dalam jumlah besar.
“Tandain pembully ini,” tulis netizen.
“Gue makan nasi padang satu bungkus tok aja udah kenyang bego, apalagi kalo disuruh makan 5 bungkus, yang ada gue nangis sambil muntah sih. Fvck you Prathita Amanda Aryani, dokter tukang bully.
Sementara itu dari akun Instagram yang diduga milik Prathita Amanda Aryani ikut gerah dengan viralnya namanya di media sosial.
“Please nggak usah ikut berkomentar kalau nggak terlibat langsung. Aku aja yang udah lama ngalamin ini masih semangat kok. Kalau nggak tahu isi ceritanya seperti apa, nggak usah koar-koar di IG Story, kan bukan kalian yang jalanin,” tulis Prathita dalam salah satu unggahannya.
“Aku jadi kesel sendiri sama netizen yang memperkeruh suasana dengan opini-opini mereka dan baca berita-berita yang dilebih-lebihkan di internet,” ujarnya seperti dikutip dari disway
Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono mengatakan RA ditemukan tewas di kamar kosnya dengan wajah membiru dan posisi badan miring seperti orang tertidur.
Diduga kuat RA menggunakan obat pelemas otot dengan cara disuntikkan sendiri ke dalam tubuhnya. Inilah yang menyebabkan dokter PPDS itu meninggal dunia.
"Obat untuk pelemas otot. Saya enggak bisa ngomong. Yang bisa ngomong dokter. Tapi obat itu seharusnya lewat infus," kata Agus, Rabu (18/8/2024).
Dari buku harian yang ditemukan di kamar kosnya, RA menuliskan keluh kesahnya selama mengikuti PPDS mulai dari perundungan hingga ingin resign.
Undip Bantah Mahasiswi PPDS-nya Bunuh Diri Akibat Dibully
Undip membantah kematian AR diduga bunuh diri karena dipicu masalah perundungan atau bully.
"Berdasarkan hasil investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar," kata Manajer Layanan Terpadu dan Humas Undip Semarang Utami Setyowati, Kamis (15/8/2024).***
