Presiden terpilih, Prabowo Subianto, diproyeksikan akan menarik utang baru sebesar Rp775,9 triliun pada tahun 2025 mendatang. Rencana besar ini tertuang dalam Buku II Nota Keuangan RAPBN 2025.
"Kebijakan pembiayaan dalam rangka menutup defisit anggaran dilakukan dengan tetap menjaga pembiayaan utang dalam batas yang aman," sebut dokumen itu dikutip Senin (19/8/2024).
Berdasarkan dokumen tersebut, pembiayaan utang utamanya akan dipenuhi melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto senilai Rp 642,6 triliun.
Kemudian melalui pinjaman neto senilai Rp 133,3 triliun, dengan rincian pinjaman dalam negeri Rp 5,2 triliun dan pinjaman luar negeri mencapai Rp 128,1 triliun.
Prabowo beralasan penarikan utang dalam jumlah besar ini untuk membiayai berbagai proyek pembangunan.
"Pengadaan utang diarahkan untuk mendukung program prioritas pemerintah dalam upaya mewujudkan program dan target pembangunan yang disusun dalam APBN," jelasnya.
Penarikan utang ini jauh lebih tinggi dibandingkan proyeksi utang pada tahun sebelumnya.
Dimana total pembiayaan utang tahun depan melonjak hingga Rp 222,8 triliun dari outlook pembiayaan utang tahun ini yang sebesar Rp 553,1 triliun.
Hal itu untuk menutup defisit APBN 2025 yang dirancang mencapai Rp 616,2 triliun atau 2,53% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Di saat akan menarik utang baru, pemerintah juga harus membayar bunga utang yang direncakanan Rp 552,85 triliun pada 2025.
Jumlah itu naik 10,8% dari outlook pembayaran bunga utang pada 2024 seperti dikutip dari suara
Warisan Terburuk, Prabowo Harus Tanggung Utang Jokowi Rp1.353 T di Awal Pemerintahan
Warisan utang menggunung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebesar Rp1.353,1 triliun harus dihadapi Presiden terpilih Prabowo Subianto di tahun pertama pemerintahannya pada 2025 mendatang.
Researcher Center of Macroeconomics and Finance INDEF, Riza Annisa Pujarama, mencatat Prabowo akan langsung dihadapkan dengan pembayaran utang jatuh tempo sebesar Rp800,33 triliun pada tahun depan.
Utang Rp705,5 triliun tersebut berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp94,83 triliun lainnya berupa pinjaman.
Meski demikian tumpukan utang tersebut belum termasuk bunga yang menembus Rp552,85 triliun pada 2025. Sehingga jika ditotal, utang jatuh tempo dan bunga yang harus dibayar Prabowo di tahun pertamanya menjabat sebagai presiden sebesar Rp1.353,1 triliun.
Selain itu, Riza juga menyoroti RAPBN 2025 yang masih disusun dengan 'ketergantungan' utang. Hal tersebut terlihat dari defisit APBN yang semakin melebar, di mana pada APBN 2025 ditargetkan defisit sebesar 2,53 persen atau Rp616,2 triliun. Angka itu meningkat dari defisit APBN 2024 sebesar 2,29 persen.
"Jadi, di APBN 2024 itu defisitnya 2,29 persen, tapi di outlook (2024) naik jadi 2,7 persen. Kita masih bergantung pada utang," katanya dalam Diskusi Publik INDEF secara virtual, Minggu (18/8).***