Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

*Suruh Pengkritik Pindah, Apa Negara Ini Punya Nenek Moyang Luhut?*

Oleh Asyari Usman

Ada acara “Business Matching 2024” di Jakarta pada 7 Maret 2024 yang lalu. Menko Kemaritiman dan Investasi (Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) ikut memberikan Beragam.

Di sini Luhut melepaskan kejengkelannya terhadap orang-orang yang terus saja merugikan Jokowi. Rupanya dia benar-benar tak rela dikritik banyak orang oleh Jokowi. Dan dia kayaknya merasa kritik kepada junjungannya itu hanya soal jelek-jelek saja.

Barangkali Luhut ingin semua orang memuja-muji Jokowi. Mengatakan Jokowi hebat, kinerjanya selangit, presiden rakyat kecil, dan sebagainya.

Luhut kesal karena dia menganggap tidak ada kritik yang membangun. bukan? Mari kita lihat sejumlah kritik yang mengabaikan Jokowi.

Pertama, Jokowi diminta agar menghentikan proyek-proyek mercusuar yang megalomania tapi tidak bermanfaat bagi rakyat. Ternyata dia teruskan. Contoh: IKN, kereta cepat, bandara megah yang tak terpakai dan lain-lain.

Ini tentu saja kritik yang membangun. Ukurannya? Orang-orang yang memukul IKN, kereta cepat, bandara megah yang mubazir, dan lain-lain itu disebabkan kondisi kehidupan rakyat yang masih megap-megap dengan kebutuhan pokok, pendidikan dan biaya kesehatan. Rakyat tidak membutuhkan IKN dan proyek-proyek besar yang tidak bermanfaat.

Kedua, para pakar dan aktivis sosial mengkritik utang yang semakin besar. Sudah mencapai lebih dari 8,200 Triliun. Apakah ini tidak perlu dikritik?

Mungkin bagi Anda, Pak Luhut, utang besar tidak apa-apa. Karena ke depan nanti Anda tidak akan merasakan dampak buruk pembayaran utang besar itu. Rakyat yang merasa sangat berat memikulnya. Anda tetap bisa hidup mewah dengan jumlah kekayaan yang menakjubkan. Karena Anda, Pak Luhut, termasuk orang yang superkaya di Indonesia.

Tapi, bagi kebanyakan orang setiap hari disibukkan dengan kenaikan harga bahan makanan, harga BBM, harga listrik, harga air PAM, maka beban itu terasa berat sekali Pak Luhut. Anda tidak merasakannya. Karena itu, sekali lagi, Anda orang superkaya. Sudah lama menumpuk kekayaan.

Kalau rakyat jelata? Tentu saja cerita lain. Mereka merasakan langsung tambahan beban ketika harga-harga naik. Kalau Anda, Pak Luhut, Pertamax harga Rp100.000 pun tidak masalah. Atau harga beras Rp50.000 sekilo, Anda tidak akan terganggu.

Itu baru kritik soal kesulitan hidup, utang besar, dan sebagainya. Banyak lagi yang perlu dikritik. Kebijakan di bidang pertanian. Baguskah Jokowi dalam menangani perekonomian rakyat? Bagaimana dengan pupuk? Bagaimana dengan harga gabah? Bagaimana dengan rencana pemerintah untuk mengimpor beras jutaan ton? Apa jadinya food estate?

Semua ini perlu dikritik. Ini soal inkompetensi Presiden Jokowi, bukan prestasi dan kehebatan. Inilah ugal-ugalan Jokowi dalam mengelola negara.

Belum lagi carut-marut politik dan demokrasi akibat tindakan sewenang-wenang yang dilakukan Jokowi. Anaknya, Gibran, dia paksakan menjadi cawapres lewat kekuasaan Paman Usman di MK. Kaesang Pangarep langsung duduk sebagai ketua umum Partai Siolidaritas Indonesia (PSI) tanpa proses demokrasi. Dan dia baru dua hari menjadi anggota partai itu. Di pemilu 2024 ini, ada indikasi perolehan suara PSI digelembungkan.

Pemilu 2024, khususnya Pilpres, penuh kecurangan. Kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif (TSM). Sirekap KPU berindikasi rekayasa. Kemudian, Jokowi menggelontorkan Bansos sembako dan BLT sebesar hampir 500 triliun menjelang pemilu-pilpres. Para pakar psikologi sosial berpendapat Bansos ini menguntungkan Prabowo-Gibran. Apakah ini tidak perlu dikritik?

Lain lagi penunjukan Plt (pelaksana tugas) kepala daerah. Mungkinkah ratusan Plt yang ditunjuk itu bekerja untuk memuluskan selain paslon 02?

Selanjutnya Omnibus Law Cipta Kerja yang tak kunjung memudahkan rakyat dapat kerja. Yang diuntungkan hanya pemodal. Buruh semakin parah. Tidakkah ini harus dikritik?

Contoh lain inkompetensi Jokowi adalah ugal-ugalan di sektor pertambangan. Dunia pertambangan menjadi eksklusif, tertutup, serba tidak jelas, dan banyak permainan. Ini tanggung jawab siapa, Pak Luhut? Bukan Jokowi, ya?

Dari uraian ini, tampaknya rakyat akan tertawa mendengar Luhut yang menyuruh pengkiritik pindah dari Indonesia. Mereka pasti akan bertanya, apakah negara ini punya nenek moyang Luhut?[]

17 Maret 2024

(Junralis Senior Freedom News)

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved