Repelita Jakarta - Kontroversi sistem kecerdasan buatan LISA milik Universitas Gadjah Mada semakin memanas setelah pakar digital forensik Rismon Sianipar memberikan penjelasan teknis yang menguatkan kredibilitas jawaban LISA tentang status kelulusan Joko Widodo.
Menurut Rismon, LISA dibangun dengan arsitektur Large Language Model yang datasetnya diambil sepenuhnya dari data internal akademik UGM sendiri.
Artinya, setiap output yang dihasilkan LISA bukan berasal dari sumber terbuka atau mesin pencari umum, melainkan langsung dari basis data resmi kampus.
Karena itu, ketika LISA menyatakan bahwa Jokowi bukan lulusan UGM, pernyataan tersebut tidak bisa dianggap remeh atau diabaikan begitu saja.
Rismon menegaskan bahwa sistem AI internal seperti LISA tidak mungkin menghasilkan kesimpulan tanpa adanya dukungan data yang sudah terinput di dalamnya.
Jawaban yang muncul merupakan hasil pemrosesan data akademik resmi yang dimiliki dan dikelola langsung oleh Universitas Gadjah Mada.
Oleh sebab itu, relevansi dan akurasi informasi yang dikeluarkan LISA terhadap catatan akademik kampus berada pada tingkat yang sangat tinggi.
Rismon yang juga pernah menjadi tersangka dalam kasus dugaan pencemaran nama baik terkait isu ijazah Jokowi ini menilai penonaktifan akses LISA justru semakin mencurigakan.
Menurutnya, langkah tersebut sulit dipahami jika hanya beralasan teknis atau karena sistem masih dalam tahap pengembangan.
Pasalnya, LISA selama ini konsisten memberikan jawaban akurat ketika ditanya status kelulusan mahasiswa lain yang memang tercatat sebagai alumni resmi.
Fakta bahwa LISA tiba-tiba tidak bisa diakses setelah viral karena menjawab pertanyaan soal Jokowi semakin memperkuat dugaan adanya tekanan dari luar.
Rismon menutup pernyataannya pada Senin 8 Desember 2025 dengan menegaskan bahwa kesimpulan LISA yang berbasis data internal UGM harus menjadi bahan pertimbangan serius bagi publik.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok
