
Repelita Jakarta - Mantan agen Badan Intelijen Negara (BIN), Sri Radjasa Candra, mengungkap adanya sosok penting di balik aksi demonstrasi yang belakangan terjadi di Indonesia.
Sri Radjasa menyebut orang-orang inilah yang memegang kendali dan membuat situasi menjadi tidak kondusif.
Ia menekankan adanya "penyakit hati" yang menjadi pemicu, terutama terkait koruptor Pertamina yang hingga kini masih berstatus DPO.
Orang-orang tersebut, menurutnya, menginginkan situasi chaos terjadi di tanah air.
"Saya mendapat informasi yang sangat dipercaya, ini tidak lepas dari sakit hatinya para koruptor khususnya kasus Pertamina yang hari ini masih DPO. Ini menginginkan situasi di negeri ini chaos," katanya.
Sri Radjasa secara spesifik menyebut Riza Chalid memiliki dendam kepada Presiden Prabowo Subianto.
Momentum ini dimanfaatkan untuk membalas sakit hatinya.
Meski demikian, Sri Radjasa menekankan peran Geng Solo sangat besar dalam pengendalian situasi.
"Riza Chalid punya dendam politik terhadap Prabowo. Sekarang ini peluang Riza Chalid membalas sakit hatinya setelah ditetapkan sebagai tersangka korupsi minyak Pertamina," ujarnya.
"Riza Chalid boleh dikatakan sebagai penyandang dana. Tapi pengendali di sini saya bisa meyakinkan anda adalah Geng Solo. Karena ini terjadi begal demo," lanjutnya.
Sri Radjasa menambahkan narasi awal demonstrasi yang menyerukan penangkapan Jokowi dan pemakzulan Gibran bergeser menjadi tuntutan pembubaran DPR.
"Awalnya ajakan untuk demo cukup viral dengan waktu yang sama 25 Agustus. Cuma narasi yang digunakan adalah satu, tangkap Jokowi dan makzulkan Gibran dengan menggunakan mekanisme DPR," jelasnya.
"Namun dalam perjalanan ini bergeser, isu DPR justru diangkat ke permukaan bahwa DPR hedonis, menerima tunjangan berlebihan. Sehingga terjadi amarah rakyat bahwa DPR harus dibubarkan," tambahnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

