Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Fathian Pujakesuma Ogah Gibran Jadi Presiden Jika Prabowo Lengser, Tegaskan Waspada Provokasi dan Pentingnya Persatuan dalam Gerakan 17+8

 

Repelita Jakarta – Konten kreator Fathian Pujakesuma kembali memberikan komentar tajam terkait gelombang aksi “17+8 Tuntutan Rakyat” yang belakangan ramai dibicarakan publik.

Ia menegaskan bahwa masyarakat perlu waspada terhadap provokasi yang sengaja dirancang untuk mengadu domba.

Menurutnya, pihak-pihak yang berupaya melemahkan gerakan rakyat kini semakin lihai dalam menyusun narasi provokatif agar tampak meyakinkan.

Sekarang sudah tanggal 5, deadline pertama untuk tuntutan yang 17+8, dan provokator itu pintar banget. Makin pintar mereka. Mereka tahu cara memprovokasi tanpa membuat orang sadar bahwa sedang terprovokasi, ujarnya, dikutip Minggu, 7 September 2025.

Fathian menyinggung isu menyesatkan yang sering beredar melalui konten viral, contohnya video seorang ibu berjilbab pink yang mengklaim jika Presiden Prabowo Subianto turun, maka Anies Baswedan otomatis menggantikan.

Baginya, narasi tersebut keliru dan tidak logis.

Mau itu video asli pun, nggak masuk akal gua orang itu take it seriously. Ibu-ibu itu bilang seperti itu kemungkinan besar dia kurang pendidikan. Dia tidak mendapatkan haknya untuk terdidik yang harusnya dia dapatkan, jelasnya.

Fathian menekankan bahwa aturan konstitusi sudah jelas: jika presiden lengser, penggantinya adalah wakil presiden.

Namun ia menyatakan enggan jika skenario itu benar-benar terjadi.

Prabowo turun katanya, men, enggak ada yang mau Prabowo turun. Gua juga nggak mau. Kita semua tahu kalau Prabowo turun, yang naik adalah followers gua yang bernama Gibran, katanya dengan nada satir.

Fathian menambahkan bahwa hanya kelompok kecil yang mungkin mendukung Gibran, mulai dari keluarga, staf, hingga sebagian penggemar.

Selain isu suksesi, Fathian juga menyoroti perdebatan soal simbol warna yang menurutnya justru memperkeruh suasana.

Nggak suka ibu-ibu itu rasis. Gua warna hijau, aja. Hijau katanya buto hijau, kolor hijau, pocong mumun, plankton, Green Goblin, Poison Ivy, Ketua PPP yang korupsi, jahat semua. Gimana mau ganti warna lagi? sindirnya.

Ia mengingatkan bahwa perbedaan justru harus dikelola dengan semangat persatuan.

Bhinneka Tunggal Ika itu teman-teman, artinya kita mengamini perbedaan, yet, kita mencari cara biar tetap bersatu, ucapnya.

Di penghujung pesannya, Fathian kembali menyerukan agar publik tidak mudah terjebak narasi provokatif yang beredar di media sosial.

Ini kan kita udah ada persamaan tujuan, kesamaan cita-cita, lo provokator cari-cari cara biar kita kepecah belah lagi. Nggak masuk akal, tegasnya.

Fathian menekankan pentingnya kesadaran kolektif agar gerakan rakyat tetap fokus pada tuntutan utama.

Menurutnya, persatuan menjadi kunci agar gerakan dapat mencapai tujuan tanpa terpecah oleh isu-isu menyesatkan.

Masyarakat diajak untuk tetap kritis dan tidak mudah termakan isu yang sengaja dibesar-besarkan.

Fathian berharap partisipasi publik tetap produktif dan konstruktif dalam menyuarakan aspirasi rakyat.

Gerakan 17+8 Tuntutan Rakyat, menurut Fathian, seharusnya menjadi momentum untuk menyatukan visi dan misi perubahan, bukan memicu konflik internal.

Ketegasan Fathian menjadi pengingat bagi masyarakat agar tetap bijak dalam menilai informasi yang beredar di media sosial.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved