
Repelita Jakarta - Buku berjudul The Jokowi Presidency: Indonesia’s Decade of Authoritarian Revival resmi diluncurkan sebagai bagian dari perayaan 60 tahun ANU Indonesia Project di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta Pusat, Rabu, 13 Agustus 2025.
Karya ini disunting oleh peneliti Australian National University (ANU) Sana Jaffrey dan Eve Warburton, mengumpulkan analisis dari para pakar politik, hukum, ekonomi, dan masyarakat sipil mengenai pemerintahan Presiden Joko Widodo selama periode 2014–2024.
Buku tersebut menyoroti capaian dan kegagalan pemerintahan Jokowi, serta perubahan lanskap politik Indonesia yang menurut penulis menunjukkan pergeseran menuju pola otoritarianisme.
Sana Jaffrey menekankan bahwa Jokowi merupakan figur disruptif yang menghadirkan perubahan signifikan di awal masa kepresidenannya, namun meninggalkan arah demokrasi yang terbalik, sekaligus memimpin dekade yang disebut sebagai kebangkitan otoritarianisme.
Ia menilai pemerintahan Jokowi ditandai oleh fokus pada pembangunan ekonomi yang mengesampingkan akuntabilitas dan kebebasan sipil, serta munculnya kembali taktik politik era Orde Baru, termasuk pembatasan kritik, sentralisasi kekuasaan, dan pelemahan mekanisme akuntabilitas.
Sana juga menyoroti paradoks kepemimpinan Jokowi yang berasal dari latar belakang merakyat dan popularitas tinggi, sehingga mampu mengelola politik dengan pemahaman intuitif terhadap masyarakat.
Fenomena bantuan sosial yang kerap dianggap boros atau sebagai patronase, menurut Sana, pada kenyataannya memberi dampak nyata bagi kehidupan masyarakat, sekaligus menjadi modal politik yang sering digunakan tanpa kendali.
Eve Warburton memaparkan susunan buku yang menampilkan kontribusi dari aktivis, akademisi senior, peneliti muda, dan mantan pejabat pemerintah, dengan benang merah berupa kebangkitan masa lalu dalam strategi politik dan bahasa pembangunan ekonomi.
Buku ini menyoroti sejumlah tema penting seperti ekonomi dan kesejahteraan sosial, infrastruktur, dampak pembangunan terhadap lahan dan kepemilikan, hak asasi manusia, pelemahan lembaga hukum seperti KPK dan Mahkamah Konstitusi, serta politik lokal di tingkat daerah.
Eve menilai warisan pemerintahan Jokowi merupakan campuran antara capaian dan kegagalan, menekankan bahwa meski Jokowi dikenal sebagai presiden infrastruktur, hasil nyata dari programnya menunjukkan variasi yang signifikan.
Ia menambahkan, buku ini juga memotret gaya kepemimpinan Jokowi dalam mengelola lembaga demokrasi, hubungan dengan oligarki dan partai politik, serta interaksi dengan masyarakat luas, termasuk kritik dari akademisi dan aktivis terkait misi demokratis yang dianggap tidak sepenuhnya tercapai.
Meski demikian, Eve mengingatkan bahwa Jokowi tetap menjadi salah satu presiden paling populer dalam sejarah demokrasi Indonesia, dan buku ini mencoba memahami serta menjelaskan cara masyarakat Indonesia memaknai demokrasi dan prioritas kebijakan mereka.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

