Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

[BREAKING NEWS] Hakim dan Jaksa Minta Maaf di Kuburan Terdakwa, Ternyata Bukan Koruptor

 Polisi dan Jaksa Jepang Minta Maaf di Makam Korban Salah Tangkap

Repelita Tokyo - Di sebuah pemakaman di Yokohama, Jepang, suasana haru menyelimuti saat hakim dan jaksa berlutut di depan makam seorang pengusaha dan meletakkan karangan bunga sebagai ungkapan permintaan maaf resmi.

Gestur ini dilakukan karena kesalahan fatal dalam penanganan hukum yang menuduh almarhum, Shizuo Aishima, sebagai pelaku korupsi ekspor mesin industri.

Penegak hukum membongkar kesalahan tersebut sebagai bentuk akuntabilitas atas kegagalan sistem peradilan yang telah mencoreng kehormatan Aishima semasa hidupnya.

Kasus ini bermula pada Maret 2020 saat Aishima dan tiga pejabat perusahaannya ditangkap atas tuduhan melakukan ekspor ilegal spray dryer yang dinilai berpotensi digunakan untuk tujuan militer.

Namun sebelum kasusnya sampai pada putusan akhir, Aishima meninggal dunia akibat kanker lambung pada Februari 2021.

Lima bulan setelah kematiannya, dakwaan terhadapnya baru resmi dibatalkan oleh pengadilan.

Pada Juli 2021, perusahaan milik Aishima menggugat ganti rugi di Pengadilan Tokyo.

Pengadilan kemudian memutuskan bahwa dakwaan tersebut memang ilegal dan memerintahkan kompensasi sebesar 166 juta yen atau sekitar USD 1,12 juta.

Keluarga Aishima yang hadir di kuburan ini menyaksikan secara langsung wujud penyesalan formal pihak penegak hukum.

Istrinya menyatakan bahwa meskipun permintaan maaf telah disampaikan, luka yang ditimbulkan tidak akan mudah sembuh dan proses ini tidak menghapus rasa kehilangan yang dirasakan.

“Hakim dan jaksa membungkuk di pusaranya, namun bagiku itu tetap tidak cukup,” ungkap sang istri dengan mata yang berembun.

Permintaan maaf tersebut menjadi simbol dari pengakuan atas kesalahan serius dalam proses hukum yang menimpa Aishima.

Penegakan hukum yang semestinya menjaga keadilan justru menjadi penyebab kerugian besar yang berujung pada hilangnya nyawa satu jiwa tanpa memperoleh kepastian hukum semasa hidup.

Kasus ini juga menjadi pengingat keras bahwa kesalahan dalam sistem peradilan tidak boleh dianggap enteng dan harus ditindaklanjuti dengan transparansi dan tanggung jawab moral.

Kompenasi finansial meski telah diberikan, tetap tidak bisa menggantikan nyawa manusia yang hilang sebelum sempat membersihkan nama baiknya.

Keabsahan dakwaan yang ternyata terbukti tidak berdasar menjaga integritas sistem hukum Jepang di mata publik yang selama ini memercayainya.

Namun reaksi keluarga menunjukkan bahwa rekonsiliasi formal tanpa kehadiran nyata dan waktu yang cukup tidak pernah cukup menghapus jejak luka.

Dengan adanya kasus ini, publik berharap agar prosedur hukum diperketat dan dihindarkan dari kemungkinan menjerat orang yang tidak bersalah di masa depan.

Kasus Shizuo Aishima akan terus dikenang sebagai tragedi sistem yang gagal menghadirkan keadilan sebelum terlambat.

Yang tersisa hanyalah kuburan yang menjadi saksi bisu dari kegagalan aparat hukum yang berwalik di tengah keheningan.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved