Trump Ancam Tarif Tambahan untuk BRICS, Indonesia Terjepit di Tengah Perang Dagang

Repelita Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengobarkan tensi perang dagang dengan mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen kepada negara-negara anggota BRICS.

Pernyataan itu disampaikan bertepatan dengan berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 yang digelar di Museum Seni Modern Rio de Janeiro.

Trump menyatakan bahwa negara mana pun yang mendukung kebijakan anti-Amerika dalam lingkup BRICS akan dikenai beban tarif tambahan tanpa pengecualian.

Ancaman tersebut memicu kekhawatiran sejumlah negara, termasuk Indonesia yang telah resmi bergabung dengan BRICS sejak 2024.

Menanggapi langkah Trump, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa Indonesia masih dalam proses negosiasi tarif dengan pemerintah Amerika Serikat.

Ia menegaskan bahwa pembicaraan masih berjalan dan belum ada keputusan akhir mengenai dampak kebijakan baru tersebut terhadap Indonesia.

"Kita akan terus mengikuti saja karena Indonesia masih di dalam proses pembicaraan dengan pemerintah Amerika," ujar Sri Mulyani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (7/7).

Sri Mulyani juga memastikan bahwa pemerintah Indonesia akan berupaya semaksimal mungkin dalam proses negosiasi agar tidak merugikan kepentingan nasional.

"Kita upayakan untuk optimal," katanya singkat.

Sebelumnya, Trump menyampaikan ancaman tarif tambahan itu melalui akun resminya di platform Truth Social pada Minggu (6/7).

Namun, ia tidak menyebutkan secara spesifik negara mana dalam BRICS yang menjadi sasaran langsung kebijakan tersebut.

Diketahui, BRICS kini beranggotakan Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Uni Emirat Arab, serta Indonesia.

Pernyataan Trump ini dinilai memperkeruh situasi ekonomi global, terutama bagi negara-negara yang baru bergabung dan tengah memperkuat hubungan multilateral dalam BRICS. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga