Repelita Jakarta - Mantan Wakil Menteri Desa, Paiman Raharjo, kembali memancing perhatian publik lantaran muncul berbagai kejanggalan pada riwayat pendidikannya yang saling berbeda antara data resmi, pernyataan pribadi, dan keterangan dari pihak kampus.
Paiman dikenal sebagai pejabat publik yang menyandang gelar Profesor.
Dalam beberapa kesempatan, ia mengklaim dirinya meraih gelar guru besar tercepat di Indonesia hanya dalam waktu dua bulan satu minggu sejak pengajuan.
Pernyataan ini menuai tanda tanya banyak pihak, termasuk akademisi.
“Saya hanya butuh dua bulan lebih satu minggu untuk mendapat gelar guru besar. Itu waktu yang sangat cepat,” ujar Paiman.
Pernyataan itu dipertanyakan oleh Profesor Thomas Suyatno, Ketua Yayasan Universitas Prof. Dr. Soetopo, tempat Paiman pernah menjabat rektor.
Thomas mengaku heran sebab dirinya sendiri membutuhkan waktu lima tahun untuk mendapatkan gelar serupa.
Penelusuran ke sejumlah sumber dan rekaman di media sosial mendapati beberapa data yang tidak sama.
Berdasarkan data Kemendikbud, Paiman menyelesaikan S1 dan S2 di Universitas Prof. Dr. Soetopo, lalu S3 di Universitas Padjadjaran.
Namun, laman itu kini tidak bisa diakses.
Sementara menurut Ketua Yayasan Universitas Moestopo, Paiman hanya menamatkan S1 di Moestopo, sedangkan S2 dan S3 diambil di Universitas Padjadjaran.
Channel pendukungnya, Sedulur Jokowi, mencatat riwayat berbeda lagi: S1 Administrasi Negara selesai pada 1994, S1 Ilmu Ekonomi pada 1997, S2 Magister Manajemen 1999, S2 Magister Administrasi 2003, dan S3 Ilmu Administrasi pada 2012 di UNPAD.
Perbedaan itu menunjukkan ada dua gelar S1 dan dua gelar S2, sedangkan versi Kemendikbud hanya mencatat masing-masing satu.
Riwayat Paiman di Wikipedia pun sering berubah.
Pekerjaan masa lalu yang pernah menyebutnya mantan satpam Yayasan Gembala Baik kini sudah dihapus.
Riwayat suntingan di Wikipedia terpantau pada Januari dan Februari 2025 melalui aplikasi WBAK Masin.
Dalam salah satu versi, Paiman tertulis menamatkan S2 dan S3 di UNPAD dan Universitas Indonesia, tetapi kemudian data itu dihapus dan nama Universitas Indonesia hilang.
Paiman mulai dikenal saat mendirikan Relawan Sedulur Jokowi menjelang Pilgub DKI 2012.
Setahun kemudian, ia diangkat menjadi Komisaris PT Food Station Tjipinang.
Saat Jokowi menjabat Presiden, Paiman menduduki posisi komisaris di BUMN PGN.
Tahun 2016, ia mengajukan gelar profesor dan mengaku hanya butuh dua bulan untuk disetujui Menteri Pendidikan saat itu.
Proses yang sangat cepat ini, ditambah catatan pendidikan yang berubah-ubah, memunculkan dugaan adanya kemudahan politik di balik karier akademiknya.
Ketidakjelasan data akademik dan jabatan fungsional Paiman Raharjo memunculkan keraguan soal integritas pejabat publik dan kualitas tata kelola pendidikan tinggi di tanah air.
“Bagaimana mungkin seorang pejabat tinggi memiliki riwayat pendidikan yang berubah-ubah tiap tahun?” tulis seorang warganet.
Situasi ini menambah beban mantan Presiden Joko Widodo yang belakangan banyak disorot karena berbagai kontroversi terkait orang-orang di lingkaran relawannya.
Hingga saat ini Paiman Raharjo belum memberikan klarifikasi resmi soal perbedaan data tersebut.
Publik menanti jawaban tegas soal keabsahan gelar akademik seorang pejabat negara.
Pertanyaan pun muncul: di mana sebenarnya Paiman meraih S2 dan S3, dan bagaimana mungkin gelar profesor diperoleh hanya dalam dua bulan? .(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

