Repelita Jakarta - Relawan Alumni Universitas Gadjah Mada Bergerak (Relagama Bergerak) menyampaikan pernyataan sikap keras terkait polemik ijazah sarjana mantan Presiden Jokowi yang hingga kini belum ditunjukkan secara terbuka.
Koordinator Relagama Bergerak, Bangun Sutoto menegaskan bahwa gerakan mereka bukan lahir karena sakit hati atau motif politik tertentu, melainkan karena dorongan moral menjaga nama baik almamater dan integritas akademik.
Relagama telah terbentuk jauh sebelum Pemilu 2024 digelar.
"Relagama lahir dari ide dan semangat alumni UGM yang kritis menyikapi dinamika berbangsa dan bernegara sejak masa pemerintahan Jokowi yang pertama," ujar Bangun.
Bangun menyebut aksi mereka tidak mencari sensasi.
Relagama, lanjutnya, berisi alumni yang ingin memberi kontribusi nyata bagi negeri.
"Kami bukan kumpulan barisan sakit hati. Tapi kami juga tidak akan tinggal diam," tegasnya.
Menurut Bangun, institusi UGM sebagai kampus kerakyatan patut dijaga dari segala bentuk dugaan pelanggaran, termasuk soal dugaan ijazah palsu yang menyeret nama Jokowi sebagai alumnus.
Relagama menuntut Rektor UGM, Dekan Fakultas Kehutanan, serta seluruh pejabat kampus yang berkaitan untuk menyampaikan penjelasan resmi kepada publik secara jujur dan terbuka mengenai riwayat pendidikan Jokowi.
Mereka juga meminta agar Jokowi secara langsung menunjukkan ijazah sarjananya kepada publik tanpa ditutup-tutupi.
Relagama memberikan tenggat waktu selama 1x24 jam sejak surat pernyataan diterima untuk menanggapi permintaan tersebut.
Jika tidak dipenuhi, Relagama menyatakan mosi tidak percaya dan menuntut para pihak yang terlibat mengundurkan diri dari jabatannya tanpa syarat.
Bangun menyebut langkah ini diambil demi menjaga marwah UGM sebagai institusi akademik yang menjunjung kejujuran, objektivitas, dan keterbukaan.
"Ini bukan sekadar perdebatan ijazah, tapi soal masa depan integritas bangsa," tutupnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok.