Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

[GEGER] Ritual Serba Putih di Puncak Lawu Bukan Aliran Sesat, Perhutani Beber Fakta

 

Repelita Karanganyar - Video rombongan warga berpakaian putih-putih mengelilingi Tugu Puncak Gunung Lawu memicu kehebohan di media sosial.

Banyak orang bertanya-tanya hingga menduga kegiatan tersebut sebagai ritual tertentu.

Para pendaki yang kebetulan berada di lokasi hanya menyaksikan tanpa berani mendekat.

Dalam video, tampak warga duduk bersila usai mengitari tugu, seolah sedang berdoa.

Pengelola jalur pendakian via Cemoro Sewu, Ilham Budi Raharjo, menjelaskan dugaan terkait aksi warga itu.

Menurutnya, pakaian gamis putih kemungkinan baru dikenakan setibanya di puncak.

“Kalau dari bawah tidak pakai gamis putih. Kalau momen Suro ini banyak yang melakukan ritual di Gunung Lawu. Kami juga tidak bisa mendeteksi selagi tidak menyalahi aturan dan kearifan lokal silakan,” ujar Ilham, Senin (14/7).

Ia menambahkan, ritual seperti ini baru kali pertama terlihat tahun ini.

Ilham menduga kegiatan tersebut berkaitan dengan keyakinan masing-masing.

“Pada intinya di momen-momen Suro ini entah satu minggu atau dua minggu ini ada yang punya keyakinan masing masing. Kalau yang pakaian putih-putih itu pada hari Jumat siang, sempat ramai di media sosial,” kata Ilham.

Perhutani BKPH Lawu Selatan juga menanggapi kabar yang beredar.

Asisten Perhutani BKPH Lawu Selatan, Mulyadi, memastikan aktivitas itu bukan ajaran menyimpang.

Ia menyebut pihaknya sudah meminta penjelasan dari pimpinan rombongan.

“Total perkiraan ada 100 orang. Mereka yang melaksanakan ritual itu berasal dari Sumber Banggi, Kabupaten Purwodadi,” jelas Mulyadi.

Menurut keterangan ketua rombongan, kegiatan ini adalah ziarah tahunan.

“Mereka dari kelompok Nahdlatul Ulama. Mereka melakukan kegiatan ini setiap tahun di puncak Gunung Lawu dengan maksud ziarah, untuk menghormati Sunan Gunung Lawu,” katanya.

Bacaan yang diucapkan pun diakui sebagai bagian dari tawasul.

“Kemudian bacaan-bacaan yang diucapkan pun itu juga tawasul, tidak keluar dari ajaran Islam menurut pengakuan dari perwakilan kelompok,” imbuhnya.

Ritual semacam ini disebut sudah rutin dilakukan selama 14 kali usai 11 Suro.

Peserta membawa perlengkapan salat, jubah putih, sorban, serta mukena.

“Mereka naik hari Kamis pagi, kemudian berkemah di atas. Hari Jumat, menjelang Salat Jumat mereka melakukan acara itu. Artinya, peserta berganti pakaian di puncak Lawu itu. Pakaian putih tidak dikenakan dari bawah,” pungkas Mulyadi.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved