Repelita Jakarta - Sorotan publik kembali tertuju pada Tifauzia Tyassuma atau yang dikenal sebagai Dokter Tifa, sosok yang selama ini vokal mempertanyakan keaslian ijazah mantan Presiden Joko Widodo.
Dalam tayangan program Rakyat Bersuara yang disiarkan pada Selasa malam, 3 Juni 2025, Dokter Tifa membuat pernyataan tegas mengenai keyakinannya.
“Kami sering diejek dengan meme, ‘saya menunggu Dokter Tifa pakai baju oren, tidak masalah. Jika kami salah, tidak apa-apa. Yang menentukan saya benar atau salah hanya selembar ijazah asli,” ujarnya di depan narasumber lain.
Ia menegaskan siap menerima konsekuensi hukum jika terbukti bersalah, namun meminta kejelasan dokumen akademik mantan kepala negara tersebut.
Bagi Tifa, transparansi adalah hal yang paling penting dibanding rasa takut terhadap ancaman hukum.
“Jika benar ada ijazah asli, saya dengan senang hati memakai baju oren dan masuk penjara. Kalau saya dianggap memfitnah, saya, ibu rumah tangga ini, dianggap memfitnah mantan presiden karena beliau punya ijazah asli, saya tidak masalah,” lanjutnya yakin.
Diskusi menjadi panas saat Muhammad Rahmad, Sekretaris Jenderal Relawan Jokowi, memotong pembicaraan dengan nada sinis.
“Ini mau pidato atau apa nih?” sindir Rahmad, terlihat tidak sabar.
Tifa tidak tinggal diam dan membalas dengan tantangan jika memang Jokowi bisa menunjukkan ijazah aslinya.
“Apakah Anda ingin saya dipenjara? Tidak masalah. Jika Anda punya ijazah asli dan saya harus dihukum, saya terima. Tapi tolong Pak Jokowi, tunjukkan ijazah Anda, demi Allah tunjukkan,” serunya dengan suara bergetar menahan emosi.
Praktisi hukum Pitra Romadoni kemudian memberikan pandangannya dalam perdebatan tersebut.
Ia menyebut bahwa pihak Tifa yang memulai konflik hukum sehingga tidak seharusnya merasa dikriminalisasi saat mendapat reaksi balik.
“Yang memulai gong ini mereka yang melaporkan, yang menyerang hukum Pak Jokowi. Setelah Pak Jokowi menggunakan hak hukumnya untuk membalas, mereka merasa dikriminalisasi,” kata Pitra.
Rahmad menyarankan agar semua pihak menunggu proses hukum daripada memaksa presiden membuktikan sesuatu di ruang publik.
Saran ini justru membuat Tifa semakin emosional.
“Bapak zalim sekali kepada perempuan, kepada ibu, sangat zalim dengan mengatakan saya merayu-rayu,” katanya dengan nada kecewa.
Tifa juga menyampaikan kekecewaan mendalam terhadap Jokowi yang pernah didukungnya pada Pemilu 2014.
“Saya pada 2014 memilih Joko Widodo dengan bangga. Saat itu saya bangga karena beliau bilang alumnus UGM. Tapi kebanggaan saya runtuh ketika beliau memenjarakan Bambang Tri tahun 2016,” tegasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

