Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Publik Tak Salah Curiga, Pemerhati Sebut Jokowi “Sein Kiri Belok Kanan” Selama 10 Tahun

 Dasco Bilang Nama Calon Dubes RI untuk AS Sudah Disetor ke DPR

Repelita Surakarta - Pemerhati sosial dan ekonomi dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Nurmadi H. Sumarta, menilai bahwa keraguan publik terhadap keaslian ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, bukan sesuatu yang berlebihan.

Menurutnya, kecurigaan itu mencerminkan akumulasi kekecewaan dan ketidakpercayaan masyarakat atas kebijakan dan narasi yang dibangun Jokowi selama dua periode menjabat.

“Persoalan ijazah ini bukan hanya soal dokumen, tetapi simbol dari krisis kepercayaan publik. Banyak orang merasa janji dan kenyataan dari Jokowi kerap bertolak belakang, seperti pepatah: sein kiri tapi belok ke kanan,” ucap Nurmadi pada Rabu (25/6/2025).

Ia menyebut bahwa persoalan ijazah ini tidak bisa dilihat semata dari sisi administratif.

Lebih jauh, hal ini menyentuh soal kejujuran moral seorang pemimpin yang telah memegang kekuasaan selama 10 tahun.

Nurmadi menilai keputusan Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri yang menyetop penyelidikan kasus ijazah Jokowi dengan alasan tidak cukup bukti, tidak bisa serta-merta mengakhiri persoalan.

“Banyak kasus besar di negeri ini yang berhenti bukan karena jelas, tetapi karena tidak ada keberanian menuntaskan. Dalam kasus ijazah Jokowi, sikap tertutup justru memelihara kecurigaan. Kalau memang asli, kenapa tidak transparan saja sejak awal?” lanjutnya.

Ia juga mengkritik pembelaan sejumlah pendukung Jokowi yang menyebut polemik ijazah tidak lagi relevan karena masa jabatan sudah selesai.

“Logika seperti itu mengabaikan pentingnya rekam jejak moral pemimpin. Jokowi itu simbol negara selama 10 tahun. Bila ada yang tidak tuntas, rakyat berhak tahu. Ini bukan soal menjatuhkan, tapi soal warisan integritas,” tegasnya.

Ia menggambarkan gaya kepemimpinan Jokowi selama dua periode dengan istilah king of lip service yang menyebabkan kepercayaan masyarakat terkikis.

“Kalau masyarakat terus dibiarkan bertanya-tanya, dan negara diam saja, maka jangan salahkan publik bila memilih tidak percaya. Rasa percaya itu bukan diwariskan, tapi dibangun dengan transparansi dan kejujuran,” pungkas Nurmadi.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved