Penulisan Ulang Sejarah Harus Berdasarkan Fakta Tidak Boleh Disimpangkan, Bukan Cerita Pemenang

 

Repelita Jakarta - Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat menegaskan pentingnya penulisan ulang sejarah Indonesia yang benar-benar berdasarkan fakta masa lalu.

Djarot mengingatkan agar penulisan sejarah tidak hanya mengacu pada narasi dari kelompok tertentu saja.

Ia menegaskan bahwa sejarah harus sesuai dengan kenyataan dan perjuangan bangsa, bukan cerita dari pihak yang menang semata.

Djarot menegaskan agar kebenaran sejarah tidak ditutup-tutupi atau disimpangkan.

Menurutnya, penulisan sejarah harus dilakukan secara terbuka dan jujur.

Terkait penghilangan istilah Orde Lama dalam judul jilid proyek penulisan ulang sejarah, Djarot menyerahkan hal tersebut kepada para ahli sejarah.

Ia menilai istilah seperti Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi merupakan bagian dari sejarah yang harus dihargai.

Sebelumnya, Ketua DPR RI Puan Maharani menekankan agar penulisan ulang sejarah tidak menyakiti pihak mana pun.

Puan meminta proses penulisan sejarah dilakukan dengan hati-hati dan transparan tanpa terburu-buru.

Ia mengingatkan agar sejarah, meskipun pahit, tidak dihapus melainkan disampaikan secara jujur.

Puan menegaskan pentingnya menjunjung semangat jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Menurut Puan, sejarah harus dicatat apa adanya, baik atau buruk.

Jika ada yang perlu diperbaiki, hal itu boleh dilakukan dengan cara terbaik.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan istilah Orde Lama sebenarnya dibuat oleh rezim Orde Baru.

Fadli menjelaskan bahwa pemerintahan pada masa itu tidak pernah menyebut dirinya sebagai Orde Lama.

Ia mengungkapkan bahwa pihaknya ingin membuat proyek penulisan sejarah yang lebih netral dan inklusif.

Menurut Fadli, masa itu merupakan era demokrasi liberal yang penuh dinamika kabinet.

Mulai dari kabinet Natsir hingga era demokrasi terpimpin antara 1959 hingga 1966 menjadi bagian dari sejarah yang harus dicatat.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga