Repelita Jakarta - Peluncuran kanal digital PoliceTube oleh Polri menuai kritik tajam dari pengamat kepolisian Institute for Security and Strategic Studies, Bambang Rukminto.
Ia menilai langkah tersebut hanya akan membebani anggaran negara, apalagi dilakukan di tengah kampanye efisiensi yang digencarkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
“Saya melihatnya tak lebih dari pemborosan dan buang-buang anggaran di tengah kampanye efisiensi Presiden Prabowo,” ujarnya pada 26 Juni 2025.
Menurut Bambang, alih-alih membangun platform baru, Polri seharusnya fokus memaksimalkan kanal digital yang sudah tersedia secara luas seperti YouTube atau media sosial populer lainnya.
Ia menyebut bahwa pengalaman sebelumnya menunjukkan kegagalan pada sejumlah platform buatan Polri yang tidak berdampak signifikan.
“Dan hal itu akan menambah deret kegagalan platform-platform yang dibikin polisi selama ini, seperti Channel 110, Dumas Presisi, maupun platform yang dibangun tiap Polres,” ucapnya.
Ia juga menegaskan bahwa membangun citra bukan sekadar urusan media.
Perbaikan harus dimulai dari perilaku aparat dan pelayanan publik yang berkualitas.
“Memperbaiki citra itu bukan dengan membangun platform baru, tetapi dengan reputasi, perbaikan perilaku personel, pelayanan publik yang baik, perlindungan dan pengayoman. Bukan dengan membangun media,” katanya.
Sementara itu, Polri melalui Kadiv Humas Irjen Sandi Nugroho menyatakan bahwa PoliceTube dirancang menyerupai YouTube dan akan menampilkan aktivitas kepolisian secara visual.
Ia menjelaskan bahwa platform ini akan memungkinkan publik melihat langsung kinerja aparat, termasuk kekurangan dan kelebihannya.
“Kejelekan polisi tidak ditutup-tutupi. Begitu pula dengan kebaikannya, perlu kami tampilkan,” ujar Sandi.
Namun bagi Bambang, transparansi yang diharapkan tidak akan tercapai hanya dengan membuat kanal baru tanpa perubahan mendasar di tubuh institusi.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

