Repelita Jakarta - Ucapan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, kembali mengundang sorotan publik usai tampil dalam Human Capital Summit 2025 di Jakarta.
Dalam kesempatan itu, ia menanggapi keluhan masyarakat soal sulitnya mencari pekerjaan dengan menegaskan bahwa sebenarnya masih banyak peluang kerja yang tersedia, terutama di sektor energi dan hilirisasi industri.
Menurutnya, permasalahan utama justru terletak pada kesiapan individu, bukan minimnya lapangan kerja.
Bahlil menyatakan bahwa sebelum menyalahkan pemerintah, masyarakat perlu lebih dulu melakukan introspeksi terkait kemampuan diri.
Ia mengajak pencari kerja untuk mengevaluasi kecocokan antara keterampilan mereka dengan kebutuhan industri saat ini.
Pernyataan ini memunculkan perdebatan di ruang publik.
Sebagian menilai Bahlil menyampaikan motivasi agar masyarakat lebih giat meningkatkan kompetensi.
Namun, sebagian lainnya menganggap pernyataan itu kurang menunjukkan empati terhadap kondisi riil para pencari kerja yang menghadapi banyak keterbatasan.
Bahlil kembali menekankan bahwa perubahan sejati hanya dapat terjadi bila dimulai dari individu itu sendiri.
Ia mengingatkan agar masyarakat tidak tergesa-gesa menyalahkan pemerintah atau keadaan.
Menurutnya, sektor energi, sumber daya mineral, serta industri turunan seperti kendaraan listrik masih membuka banyak peluang kerja.
Namun, tidak semua orang siap mengisi posisi tersebut.
"Jangan bilang tidak ada pekerjaan. Lapangan kerja ada, tapi apakah kita sudah siap?" kata Bahlil dalam unggahan di Instagram @makassarundercover pada 21 Juni 2025.
Pernyataan ini menjadi viral karena menyentuh masalah klasik: ketimpangan antara kemampuan tenaga kerja dengan kebutuhan industri.
Ia menyebutkan bahwa program hilirisasi di sektor ESDM diproyeksikan dapat menyerap hingga 6,2 juta tenaga kerja sampai 2030.
Namun, peluang tersebut hanya akan dimanfaatkan oleh mereka yang serius mengembangkan kapasitas diri.
Bahlil juga menekankan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah fondasi untuk membawa Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi.
“Produktivitas dan keterampilan tenaga kerja harus jadi prioritas,” ujarnya.
Komentar netizen pun beragam.
"Ada benarnya sih, tapi nggak semua orang punya akses untuk upgrade skill," tulis salah satu pengguna.
"Dia ngomong gampang, coba turun ke daerah-daerah yang lowongan kerjanya minim," sahut yang lain.
Meskipun menuai pro dan kontra, pesan utama dari pernyataan Bahlil adalah pentingnya persiapan dan adaptasi dalam menghadapi tantangan dunia kerja saat ini.
Dengan semangat membangun kompetensi, jejaring, dan wawasan, generasi muda Indonesia diharapkan mampu mengisi peluang yang terbuka di masa depan. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok