Repelita Lombok - Evakuasi pendaki asal Brasil, Juliana De Souza Pereira Marins (27), yang ditemukan tewas di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, menemui banyak hambatan akibat kondisi geografis ekstrem dan cuaca yang tidak bersahabat.
Medan yang terjal dan curam membuat penggunaan helikopter tidak memungkinkan sejak awal upaya pencarian dilakukan.
Juliana diketahui jatuh ke jurang pada Sabtu, 21 Juni 2025, saat mendaki bersama rekannya.
Ketinggian lokasi kejadian mencapai 9.400 kaki dengan kemiringan curam serta kontur tanah berpasir yang tidak stabil.
Menurut keterangan tim SAR, embusan rotor helikopter di ketinggian tersebut justru dapat memperparah situasi karena berisiko menggeser korban atau membahayakan kru penyelamat.
Selain medan, faktor cuaca menjadi tantangan tersendiri.
Kabut tebal dan jarak pandang minim memaksa operasi penyelamatan hanya bisa dilakukan saat kondisi benar-benar memungkinkan.
Bahkan, pada beberapa kesempatan, pencarian harus dihentikan karena hujan dan awan pekat menyelimuti jalur tebing.
Juliana ditemukan pada Senin pagi, 23 Juni, dalam kondisi tidak bernyawa.
Posisi tubuh korban berada sekitar 600 meter di bawah tebing, sehingga proses evakuasi dilakukan dengan sistem pengangkatan vertikal.
Tim SAR membutuhkan waktu ekstra karena medan licin dan banyak bebatuan lepas.
Pada Selasa, tim akhirnya menjangkau lokasi jenazah, namun proses pengangkatan terpaksa ditunda akibat hujan deras.
Evakuasi jenazah berhasil dilakukan pada hari berikutnya menggunakan tandu menuju Posko Sembalun.
Selanjutnya, jenazah direncanakan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda NTB jika cuaca memungkinkan untuk penerbangan helikopter.
Insiden ini menyoroti kembali risiko pendakian di Rinjani yang kerap dianggap remeh oleh sebagian pendaki.
Gunung ini memiliki jalur ekstrem yang tak hanya menguji stamina, tetapi juga strategi dan peralatan.
Pemerintah daerah dan pengelola taman nasional diminta memperketat edukasi dan pengawasan terhadap pendakian.
Pakar penerbangan menegaskan bahwa operasi udara tidak bisa dilakukan sembarangan di daerah pegunungan.
Prinsip keselamatan harus selalu diutamakan agar tidak menimbulkan korban tambahan dalam proses evakuasi.
Tragedi ini menjadi pelajaran bahwa keindahan alam pegunungan juga menyimpan bahaya besar bagi siapa pun yang tidak siap. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok