Repelita Teheran - Militer Iran dilaporkan telah menembak jatuh empat jet tempur siluman F-35 milik Israel.
Keberhasilan ini menjadikan Iran sebagai negara pertama yang mampu menjatuhkan pesawat generasi kelima dengan teknologi siluman paling mutakhir.
Dalam pernyataan resmi, Humas Angkatan Darat Iran mengonfirmasi bahwa sistem pertahanan udara mereka kembali menjatuhkan satu jet F-35, melengkapi tiga sebelumnya yang telah ditembak jatuh.
Dua jet Israel diklaim berhasil dihancurkan pada malam sebelumnya.
Momen ini disebut mengulang pencapaian Iran saat menjatuhkan drone pengintai canggih RQ-170 Sentinel milik Amerika Serikat pada tahun 2011.
Kantor berita Tasnim menyebut dua pesawat Israel ditembak jatuh dalam 24 jam terakhir, termasuk satu unit F-35.
Tehran Times melaporkan, jumlah keseluruhan F-35 yang telah dihancurkan sejak dimulainya serangan Israel mencapai tiga unit.
Dalam insiden sebelumnya, satu pilot dilaporkan tewas dan satu lainnya—seorang perempuan—ditangkap hidup-hidup oleh pasukan Iran.
Informasi ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai bagaimana Iran bisa mendeteksi dan menjatuhkan jet yang dikenal sangat sulit terlacak radar tersebut.
Melalui laporan Press TV, dijelaskan bahwa jet tempur itu dicegat menggunakan sistem pertahanan Bavar-373.
Sistem ini dikembangkan Iran untuk menghadapi ancaman dari pesawat tempur, rudal balistik, maupun rudal jelajah dengan jangkauan tembak yang cukup jauh.
Bavar-373 dirancang agar mampu melacak dan menghancurkan target yang sulit dideteksi, termasuk F-35 dan F-22.
Pesawat F-35 sendiri adalah jet paling canggih dalam inventaris Angkatan Udara Israel dan buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat.
Dengan kemampuan siluman tinggi, F-35 didesain untuk tak mudah terdeteksi oleh radar konvensional.
Namun Iran mengklaim telah mengembangkan sistem radar yang mampu mendeteksi pesawat siluman sekalipun.
Klaim ini menantang dominasi udara Israel yang selama dua dekade terakhir nyaris tak terbantahkan.
Dalam 48 jam, Iran mengklaim telah menghancurkan beberapa unit F-35, dengan kru yang tertangkap, tewas, atau hilang.
Serangan ini menunjukkan kecanggihan strategi Iran dalam pengelolaan komando dan sistem pertahanan terpadu.
Pada hari pertama, pesawat-pesawat Israel disebut masih bisa bergerak bebas, namun Iran memilih untuk menunggu momen strategis untuk menjatuhkan mereka.
Iran juga mengandalkan taktik umpan dan rekayasa militer dalam menghadapi serangan udara.
Pertahanan mereka menarik mundur radar asli dan menempatkan tiruan di berbagai lokasi sebagai jebakan.
Drone Israel yang menyerang tidak mampu membedakan mana radar asli dan mana umpan.
Hal ini menyebabkan para pilot Israel merasa yakin bahwa mereka telah melumpuhkan sistem pertahanan Iran.
Namun sistem asli diam-diam kembali diaktifkan ketika pesawat F-35 masuk lebih dalam ke wilayah udara Iran.
Kepercayaan diri Israel berbalik menjadi kerugian strategis yang menyebabkan jatuhnya empat pesawat F-35.
Pasukan Israel diketahui menggunakan drone dengan sensor optik dan inframerah untuk menyerang instalasi radar Iran.
Tetapi ketika drone-drone itu meledak, informasi intelijen yang diperoleh menjadi tak lengkap.
Sementara, satelit mata-mata tidak memiliki resolusi yang cukup untuk menilai apakah radar asli telah hancur atau hanya umpan.
Satu-satunya cara pasti adalah menempatkan agen darat di dalam Iran, yang dinilai terlalu berisiko.
Iran diketahui memiliki teknologi umpan militer yang canggih, tidak hanya tiruan visual tetapi juga perangkat yang memancarkan sinyal radar palsu.
Harga satu unit umpan radar bisa mencapai USD10.000 dan dapat menyesatkan senjata anti-radar canggih.
Pada malam pertama, Iran menarik banyak radar asli dari posisi aktif dan hanya meninggalkan umpan.
Drone Israel pun menargetkan umpan tersebut, mengira telah meraih keunggulan udara.
Namun situasi berubah cepat ketika radar asli kembali aktif dan mulai menargetkan pesawat F-35.
Pilot Israel diyakini telah melakukan kesalahan fatal dengan terlalu dalam memasuki wilayah Iran tanpa menyadari sistem pertahanan masih aktif.
Serangan balasan pun dilancarkan oleh sistem Bavar-373 yang menjatuhkan jet-jet siluman itu.
Militer Israel hingga kini masih belum mengakui jatuhnya F-35 mereka.
Pernyataan resmi cenderung menyangkal keberhasilan pertahanan Iran, kemungkinan demi menjaga semangat tempur pasukan mereka.
Israel juga dikhawatirkan akan kehilangan kepercayaan dari sekutunya, termasuk Amerika Serikat.
Jika F-35 benar-benar jatuh ke tangan Iran, bukan tidak mungkin teknologi pesawat canggih ini bocor ke Rusia atau China.
F-35 adalah salah satu senjata utama AS yang hanya dijual kepada sekutu terpilih.
Sementara itu, F-22 Raptor bahkan tak pernah diekspor karena dianggap sangat sensitif secara teknologi. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok