Repelita Jakarta - Dokter Tifauzia Tyassuma atau yang dikenal dengan nama dr. Tifa menanggapi pernyataan dari kader senior PDIP, Beathor Suryadi, yang menyebut ijazah Presiden Jokowi tidak diterbitkan oleh Universitas Gadjah Mada, melainkan oleh Pasar Pramuka.
"Beathor Suryadi dan para Petinggi PDIP sudah bersuara tentang ijazah Jokowi yang diterbitkan oleh UPP (Universitas Pasar Pramuka) dan bukan diterbitkan oleh UGM," ujar dr. Tifa melalui akun X @DokterTifa pada 23 Juni 2025.
Ia menyampaikan tanggapan secara satiris dengan menyindir laporan hukum yang sebelumnya dibuat Jokowi di Polda Metro Jaya.
"Apakah pernyataan Beathor Suryadi ini menghina-hina dan merendah-rendahkan?" katanya.
Sebagai lulusan Universitas Gadjah Mada, Tifa bahkan menantang pihak yang merasa tersinggung atas pernyataan tersebut untuk melapor ke kepolisian.
"Kalau iya, ayo laporkan juga mereka ke Polda, agar semakin semangat kita membongkar kasus Ijazah Pasar Pramuka ini sama-sama," tambahnya.
Ia juga menyebut kemungkinan akan ada lebih banyak tokoh dan partai yang ikut menyampaikan pendapat.
"Tinggal tunggu pernyataan Partai-Partai lain," ucapnya.
Sindiran tajam juga diarahkan kepada pihak yang cenderung melaporkan kritik kepada aparat hukum.
"Jadi makin banyak lagi yang dilaporkan Jokowi karena menghina-hina dan merendah-rendahkan. Tambah banyak yang dituduh menghina dan merendahkan, tambah banyak yang dilaporkan, tambah gatel-gatel, lho," tutup Tifa.
Sebelumnya, Beathor Suryadi mengklaim bahwa mantan Gubernur Lemhannas dan tokoh PDIP, Andi Widjajanto, pernah melihat dokumen ijazah milik Jokowi yang menurutnya tidak otentik.
Ia menyebut dokumen itu dilihat Andi saat masa pencalonan Jokowi pada Pilpres 2014.
Namun, kata Beathor, dokumen tersebut merupakan cetakan ulang yang diproduksi pada tahun 2012 ketika Jokowi mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
“Andi belum sadar kalau yang ia lihat itu cetakan 2012. Itu digunakan untuk keperluan Pilgub DKI,” ungkapnya.
Ia juga menuding pencetakan ijazah dilakukan secara rahasia di kawasan Pasar Pramuka, Jakarta Pusat, oleh relawan Jokowi dari Solo.
Nama-nama seperti David, Anggit, dan Widodo disebut sebagai pelaku utama, bersama kolaborator dari PDIP DKI seperti Dani Iskandar dan Indra.
“Dokumen itu disusun buru-buru di rumah Jalan Cikini No. 69, Menteng. Semua strategi disiapkan di sana,” ujar Beathor.
Widodo disebut sebagai tokoh kunci dalam proses pencetakan tersebut, namun menurut Beathor, ia menghilang sejak mencuatnya isu buku kontroversial karya Bambang Tri mengenai ijazah Jokowi.
Beathor juga menyebut reaksi Andi Widjajanto ketika melihat kesamaan foto di berbagai ijazah Jokowi.
“Seharusnya tiap jenjang pendidikan memakai foto berbeda. Ini justru sama semua,” tandasnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

