Repelita Jakarta - Pegiat media sosial sekaligus dokter, Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa, kembali menyampaikan pendapatnya mengenai dugaan ijazah palsu Presiden ke-7, Joko Widodo.
Ia menegaskan bahwa polemik ini bukan semata soal legalitas, melainkan menyangkut martabat bangsa.
Menurut Tifa, ijazah bukan hanya selembar dokumen, tapi simbol dari perjuangan, kejujuran, dan integritas.
"Di atas kertas, sebuah ijazah tampak seperti lembar biasa, tulisan, tanda tangan, cap. Tapi dalam hakikinya, ia adalah simbol kejujuran," tulisnya melalui akun X @DokterTifa pada 20 Juni 2025.
Ia menyebut bahwa setiap ijazah mewakili kerja keras dalam keheningan malam, harapan orang tua, dan tekad untuk berhasil secara sah.
"Ia mewakili peluh yang jatuh dalam sunyi, malam-malam penuh belajar, harapan orang tua, dan tekad untuk maju secara sah,” tambahnya.
Bagi Tifa, ketika ijazah dipalsukan, yang terluka bukan hanya aspek hukum.
“Maka saat selembar ijazah dipalsukan, yang terkoyak bukan hanya hukum. Yang berdarah adalah batin sebuah bangsa,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan dampak moral dari isu ini, khususnya bagi generasi muda.
Menurutnya, dugaan pemalsuan ijazah memberi sinyal buruk bahwa kebohongan bisa menggantikan jerih payah.
“Anak-anak diajarkan bahwa kerja keras bisa ditukar dengan kebohongan. Bahwa kepercayaan rakyat bisa dikaburkan dengan dokumen tiruan," ungkap Tifa.
Ia menambahkan, "Bahwa pemimpin bisa berdiri di atas panggung bukan karena pantas, tapi karena selembar kebohongan.”
Tifa juga menyoroti ketimpangan sosial yang terus berlangsung, yang ia nilai sebagai akibat dari sistem yang dibangun di atas kebohongan.
“Rakyat yang tertekan didera kemiskinan yang terus dibiarkan dan hanya dihibur dengan kaos yang dilempar di tepi jalan dan sembako yang diberikan dalam bungkus kemunafikan,” kritiknya.
Ia turut menyinggung kebakaran yang terjadi di Pasar Pramuka, yang oleh sebagian pihak dikaitkan dengan upaya menghilangkan bukti terkait isu ijazah.
"Dan puncak kebohongan itu diabadikan di pojok sebuah pasar yang dengan zalimnya dibakar, untuk membakar habis bukti-bukti sebuah mufakat yang khianat,” ujar Tifa.
Ia menutup pernyataannya dengan seruan agar bangsa ini berani menghadapi kebenaran.
“Kebenaran yang jujur. Kebenaran yang tak pernah takut. Karena hanya ketika bangsa ini berani menghadapi luka itu, membersihkannya, dan menegakkan keadilan, barulah kita benar-benar sembuh,” pungkasnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok