Repelita Gaza - Kantor Media Pemerintah Gaza mengungkap dugaan serius terkait penyusupan zat berbahaya dalam bantuan pangan yang didistribusikan oleh Gaza Humanitarian Foundation.
Bantuan berupa tepung yang dibagikan kepada warga disebut mengandung narkotika jenis oxycodone, obat keras yang biasa digunakan sebagai pereda nyeri namun memiliki efek adiktif tinggi.
GHF merupakan lembaga distribusi bantuan yang mulai beroperasi di Gaza sejak 26 Mei 2025 dan dikaitkan dengan dukungan dari Amerika Serikat dan Israel.
“Pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas kejahatan ini, yang bertujuan menghancurkan masyarakat Palestina dari dalam,” demikian pernyataan otoritas Gaza, Sabtu 28 Juni 2025.
Seorang apoteker Palestina, Omar Hamad, mengungkap bahwa tepung bantuan diduga telah dicampur zat opioid tersebut.
Ia menyebut, obat tidak hanya diselipkan di dalam kantong, tetapi juga kemungkinan besar telah menyatu dalam bahan makanan itu sendiri.
Komite Anti-Narkoba Gaza menyerukan kewaspadaan kepada masyarakat agar memeriksa semua bantuan yang diterima, khususnya dari pusat distribusi bantuan yang diduga berafiliasi dengan AS dan Israel.
Mereka meminta warga segera melaporkan jika menemukan indikasi zat asing dalam makanan bantuan.
PBB turut menyoroti krisis kemanusiaan yang makin parah.
Mereka mengungkap bahwa lebih dari 410 warga Palestina telah tewas saat berusaha mengakses bantuan yang diblokade militer Israel.
Lebih dari 3.000 warga terluka dalam insiden serupa, memperkuat kekhawatiran bahwa distribusi bantuan kini menjadi alat penindasan terselubung.
Kantor HAM PBB menyebut warga Gaza dihadapkan pada pilihan kejam: mati karena lapar atau mati karena peluru saat mencari makanan.
Hingga kini belum ada tanggapan resmi dari GHF atas tudingan tersebut.
Namun desakan global semakin menguat agar distribusi bantuan kembali dikendalikan penuh oleh lembaga internasional netral untuk mencegah manipulasi kemanusiaan yang terus berulang. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok.