Repelita Jakarta - Di tengah perbincangan hangat soal keaslian ijazah Presiden ke-7 Joko Widodo, seorang insinyur di bidang komputer dan telekomunikasi mengungkap hasil penelitiannya terhadap tiga ijazah Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada tahun 1985.
Peneliti tersebut menyatakan bahwa ketiga ijazah tersebut berasal dari kiriman masyarakat melalui media sosial.
Ia menjelaskan bahwa membandingkan ijazah harus dilakukan antar fakultas yang sama karena masing-masing fakultas pada masa itu menggunakan format dan gaya penulisan yang berbeda.
Beberapa fakultas menggunakan tulisan tangan, sementara fakultas lain memakai mesin rapido.
Ia menyimpan dua ijazah dengan nomor 1117 dan 1120 yang lulus pada 5 November 1985.
Ijazah nomor 1120 adalah ijazah yang dipersoalkan keasliannya.
Setelah diperiksa, blanko ijazah nomor 1117 dan 1120 ternyata berbeda.
Menurutnya, jika blanko ijazah tidak asli, maka ijazah tersebut juga tidak sah meskipun isi di dalamnya benar.
Selanjutnya, ia memperoleh satu ijazah lagi dengan nomor 1115 yang juga lulus pada tanggal sama.
Dengan tiga ijazah tersebut, ia melakukan analisis visual menggunakan pengalaman lamanya bekerja di percetakan.
Ketiga ijazah dijajarkan dan diperiksa detailnya dengan membandingkan pola cetakan atau raster pada masing-masing ijazah.
Jika pola cetakan sama, maka posisi titik-titik tertentu pada huruf akan sama pula.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ijazah nomor 1115 dan 1117 memiliki pola cetakan identik.
Namun, ijazah nomor 1120 memiliki pola yang berbeda dari kedua ijazah tersebut.
Ia menyimpulkan bahwa ijazah nomor 1120 tidak sama dengan ijazah 1115 dan 1117.
Kesimpulan ini menunjukkan bahwa ijazah yang dipersoalkan berbeda secara teknis dengan ijazah lainnya dari fakultas yang sama dan periode kelulusan yang sama.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok