
Repelita Jakarta - Manajemen Bulog harus punya naluri bisnis yang tajam untuk menyesuaikan diri dengan dinamika pasar di lapangan.
Wakil Ketua Komisi IV DPR, Alex Indra Lukman, menegaskan hal ini penting agar program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dapat berjalan efektif.
Asta Cita di sektor ketahanan pangan akan membawa manfaat bagi lebih dari 29 juta petani di Indonesia.
Alex menyampaikan hal ini menanggapi wacana pembangunan 25 ribu gudang improvisasi yang tahan lama oleh pemerintah.
Gudang dengan masa pakai 5 sampai 10 tahun tersebut menjadi solusi sementara untuk menampung hasil panen yang terus meningkat.
Stok cadangan beras pemerintah kini mencatat rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir, mencapai lebih dari 3,5 juta ton untuk periode Januari hingga Mei 2025.
Menurut Alex, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2000, Bulog bertugas mengelola persediaan, distribusi, serta pengendalian harga beras dan jasa logistik lainnya.
Hingga saat ini, Bulog telah menjalankan tugas tersebut dengan baik.
Gabah petani terserap dengan harga yang layak, dan stok beras mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah.
Namun, harga beras di pasaran masih menunjukkan tren kenaikan.
Panel Harga Badan Pangan mencatat pada 28 Mei 2025, harga beras rata-rata di tingkat eceran mencapai Rp13.805 per kilogram.
Angka ini lebih tinggi 10,44 persen dari Harga Eceran Tertinggi (HET).
Harga beras premium tercatat Rp15.626 per kilogram, naik 4,87 persen di atas HET.
Sementara harga beras SPHP berada di angka Rp12.626 per kilogram, melebihi HET sebesar 1,01 persen.
Alex menekankan bahwa naluri bisnis dari pengelola Bulog sangat diperlukan.
Saat terjadi gejolak harga, Bulog harus bisa mengambil langkah tepat, bukan sekadar menunggu.
Sebagai komoditas yang mudah rusak, kualitas beras sangat dipengaruhi oleh lama penyimpanan.
Bulog perlu merencanakan alur masuk dan keluar beras dengan matang.
Dengan pengelolaan yang baik, harga di tingkat petani tetap stabil dan kebutuhan pangan nasional terpenuhi.
Alex juga berpendapat bahwa membangun gudang baru bukan solusi terbaik.
Gudang baru membawa biaya tetap yang cukup besar dan dapat bertentangan dengan prinsip efisiensi pemerintah.
Penting bagi Bulog untuk mengutamakan efisiensi dalam pengelolaan logistik pangan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

