Repelita Kayangan - Penyerangan terhadap Polsek Kayangan di Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, terjadi pada Senin malam. Insiden ini dipicu oleh kematian seorang aparatur sipil negara (ASN) bernama Rizkil Watoni yang diduga mengalami tekanan berat setelah menjalani pemeriksaan di kantor polisi terkait dugaan pencurian ponsel.
Rizkil Watoni dikabarkan mengalami depresi setelah diperiksa di Polsek Kayangan atas tuduhan mencuri ponsel milik seorang penjaga toko modern. Kematian Rizkil memicu kemarahan warga yang akhirnya merusak dan membakar markas Polsek Kayangan.
Ayah korban, Nasruddin, mengungkapkan rasa terpukul atas kejadian tersebut. Menurutnya, anaknya tidak mengakhiri hidupnya sendiri, melainkan mengalami tekanan mental akibat perlakuan oknum aparat.
"Anak kami tidak bunuh diri, tapi dibunuh mentalnya oleh oknum aparat itu," ujar Nasruddin.
Nasruddin menuturkan bahwa kasus dugaan pencurian ponsel itu sebenarnya telah diselesaikan dengan damai. Kedua belah pihak bahkan telah menandatangani surat perjanjian damai di atas materai. Namun, menurutnya, ada oknum aparat yang terus menekan anaknya dengan ancaman hukuman pidana tujuh tahun serta denda Rp90 juta.
Sebelum kematiannya, Rizkil sempat mencurahkan isi hatinya di media sosial Facebook. Dalam unggahannya pada 8 Maret 2025, ia menulis pesan singkat yang diduga sebagai bentuk klarifikasi atas tuduhan yang diarahkan kepadanya. Sehari sebelumnya, ia juga mengunggah status bernada pasrah dengan menuliskan, "Ya Allah."
Unggahannya itu pun mendapat berbagai tanggapan dari rekan-rekannya. Salah satu komentar dari akun Destin Audy Maulidha berbunyi, "Sabar, anggap cobaan. Pasti ada hikmah di balik semua ini."
Nasruddin menceritakan bahwa peristiwa dugaan pencurian terjadi karena anaknya terburu-buru saat berjualan es. Saat berada di toko, Rizkil tak sengaja mengambil ponsel yang mirip dengan miliknya dan memasukkannya ke dalam tas.
Ketika ponsel itu berdering, barulah ia menyadari kesalahannya dan segera menghubungi pemiliknya untuk mengembalikan ponsel tersebut. Namun, saat ponsel dikembalikan, polisi justru membawanya ke kantor Polsek Kayangan.
"Seperti operasi tangkap tangan saja," kata Nasruddin.
Meskipun sudah ada kesepakatan damai, oknum polisi diduga terus menekan Rizkil untuk mengakui perbuatannya. Hal ini diduga membuatnya semakin tertekan hingga akhirnya meninggal dunia.
Merasa tidak terima, warga Dusun Batu Jompang, Desa Sesait, berbondong-bondong mendatangi Polsek Kayangan sekitar pukul 20.00 WITA. Video penyerangan itu pun beredar luas di media sosial, memperlihatkan warga yang merusak kaca serta fasilitas kantor polisi. Tak hanya itu, kendaraan yang berada di sekitar lokasi pun turut dibakar.
Kasubsi Humas Polres Lombok Utara, Ipda Made Wiryawan, membenarkan adanya kericuhan tersebut. Namun, ia belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenai penyebab pasti kejadian itu.
"Iya benar ada kejadian itu, tapi soal penyebabnya kami belum tahu, informasinya masih simpang siur," kata Made Wiryawan.
Saat ditanya mengenai dugaan keterlibatan oknum polisi yang menekan korban hingga mengalami depresi, pihak kepolisian belum memberikan tanggapan lebih lanjut.(*).
Editor: 91224 R-ID Elok