Repelita Jakarta - Mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, menegaskan bahwa dirinya menempuh proses menuju gelar doktor dengan penuh kesungguhan. Anies, yang meraih gelar doktor dari Departemen Ilmu Politik Northern Illinois University pada 2004, menyatakan bahwa kelulusannya murni tanpa perantara atau bantuan orang dalam.
Pernyataan itu disampaikan Anies dalam sesi dialog saat memberikan ceramah di Masjid Salman, Institut Teknologi Bandung, pada Sabtu, 8 Maret 2025. Setelah menerima tiga pertanyaan dari sivitas akademika ITB, ia mengibaratkan kehadirannya malam itu seperti ujian doktor.
“Rasanya kayak lagi ujian doktor ni,” ujar Anies, yang disambut tawa jemaah, dikutip dari siaran YouTube Salman TV. “Saya ujiannya bener lho waktu itu,” lanjutnya, yang kemudian disambut tepuk tangan hadirin.
Dalam momen lain, Anies sempat terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan mahasiswa. Tanpa suara yang jelas, seseorang dari hadirin melontarkan komentar. Anies kemudian menanggapi, “Nggak, nggak pakai joki kita, pak.”
Jemaah ITB menyampaikan berbagai pertanyaan kepada Anies, mulai dari topik hijrah, partisipasi publik, hingga cara menjaga integritas sebagai pejabat.
Menjawab pertanyaan tentang dilema pejabat publik di tengah banyaknya ketidakjujuran dalam sistem, Anies menekankan pentingnya berpegang teguh pada keputusan yang benar dan berdampak baik.
"Ada ruang kebijaksanaan. Yang harus kita hindari adalah keputusan yang tidak benar dan tidak baik. Saya yakin jika kita punya pegangan itu dan keyakinan atas nilai yang kita pegang, inshallah bisa terlewati,” kata Anies.
Polemik gelar doktor kembali menjadi sorotan publik setelah Universitas Indonesia, pada Jumat, 7 Maret 2025, meminta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral memperbaiki disertasinya di Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI.
Keputusan Rektor UI itu mengikuti rekomendasi pembatalan disertasi Bahlil dari Dewan Guru Besar UI setelah rapat pleno pada 10 Januari 2025. Rapat tersebut membahas hasil sidang etik tugas akhir Bahlil sebagai mahasiswa S3 di UI.
Dalam risalah rapat pleno yang diterima Tempo, Dewan Guru Besar UI menemukan indikasi bahwa disertasi Bahlil melanggar empat standar akademik UI. Dugaan pelanggaran itu mencakup konflik kepentingan dengan promotor dan ko-promotor serta metode pengambilan data yang dianggap tidak jujur. Meski disertasinya direkomendasikan untuk dibatalkan, Bahlil masih diberikan kesempatan untuk menulis ulang dengan topik baru yang sesuai standar akademik UI. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok