Repelita, Bandung - Anies Baswedan mengisi ceramah usai Salat Tarawih di Masjid Salman, ITB, pada Sabtu (8/3). Dalam kesempatan itu, Anies diundang untuk membawakan tema "Ilmu dan Pikiran Kritis, Alat Menjaga Demokrasi".
Anies memulai ceramah dengan menekankan bahwa masjid bukan hanya tempat untuk sujud, tetapi juga tempat lahirnya gagasan. Ia kemudian berbicara tentang pentingnya sikap kritis terhadap demokrasi dewasa ini.
"Konteks demokrasi sekarang kita harus kritis mempertanyakan, dan negara harus terbuka, nggak boleh negara tertutup menghadapi kritik, menghadapi komentar," ungkap Anies.
Setelah menyampaikan materi, Anies menerima beberapa pertanyaan dari jamaah yang hadir. Salah satunya menyinggung pengalaman pribadi Anies serta bagaimana cara menjaga visi, misi, dan integritasnya agar tidak mudah dipengaruhi.
Mengenai pertanyaan tersebut, Anies sempat berkelakar, "Rasanya kayak lagi ujian doktor nih. Saya ujiannya beneran loh waktu itu. Beneran," kata Anies di atas mimbar. Jawaban itu disambut dengan tawa dari para jamaah. "Enggak, enggak pakai joki kita, Pak," balas salah seorang jamaah yang memancing gelak tawa lainnya.
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Anies menjelaskan tentang pengambilan keputusan yang bijaksana. Ia mengungkapkan prinsip yang ia pegang dalam menghadapi kenyataan yang seringkali tidak ideal.
"Saya ingin garis bawahi ini, di dalam kita berhadapan dengan kenyataan kita tidak mungkin selalu dalam situasi ideal, tidak mungkin. Saya selalu gunakan diagram 4 kuadran, sumbu x dan sumbu y. Sumbu x adalah nilai, nilai itu atas benar, bawah salah. Sumbu y, adalah manfaat, menguntungkan, merugikan, baik buruk," jelasnya.
Anies melanjutkan, "Yang kita inginkan tentu berada di kuadran 1 di mana keputusan yang dibuat itu benar secara nilai dan baik secara konsekuensi, itu ideal tidak ada perdebatan. Tapi sering kali dalam kenyataan kita dihadapkan situasi harus mengambil keputusan dalam sistem benar tapi tidak baik, benar tapi konsekuensinya buruk, atau kita sering harus ambil keputusan salah secara nilai, secara aturan, tapi baik secara konsekuensi. Nah di sini ruang kebijaksanaan. Yang harus kita hindari kuadran keempat, tidak benar dan tidak baik."
Di awal ceramahnya, Anies juga menyampaikan kebahagiaannya bisa kembali ke Bandung, khususnya ke Masjid Salman yang memiliki peran penting dalam sejarah pergerakan mahasiswa.
"Alumni-alumninya banyak mewarnai Indonesia hari ini, insyaallah ke depan banyak alumni yang mewarnai di Masjid Salman ini," ungkap Anies.
Anies juga sempat berkelakar mengenai efisiensi terkait pencahayaan di masjid. Ia mengamati mimbarnya yang terang benderang berbeda dengan cahaya lampu yang menyorot jamaah.
"Nampaknya agak penuh ya malam ini, dari luar sana agak panjang perjalanan tadi, dan saya ini pertama kali Pak, kembali lagi setelah bertahun-tahun. Dulu saya sering datang ke sini ketika masih aktif di mahasiswa, bersama dengan teman-teman ITB waktu itu, suka ke sini, tapi tidak ingat suasana di malam karena kebanyakan kita di sini kalau siang, malam hari datang suasananya agak remang-remang di sini, bukan karena efisiensi ya?" tanya Anies yang disambut sorakan dari jamaah.
"Bukan ya? barang kali listrik di sana saya perhatikan Pak, listrik di sana agak redup tapi bagian imam terang benderang. Yang di sini tidak mengalami efisiensi, yang di sana mengalami efisiensi ya," tambah Anies sambil tersenyum. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok