
Repelita Jakarta - Peringatan darurat pendidikan menggema di media sosial setelah tagar #DaruratPendidikan menjadi viral. Hal ini dipicu oleh pemangkasan anggaran yang menyasar sektor pendidikan, di mana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengurangi anggaran dengan dalih efisiensi.
Serikat Pekerja Kampus (SPK), yang terdiri dari dosen, peneliti, hingga staf kampus se-Indonesia, merespons dengan mendukung mahasiswa turun ke jalan untuk memperjuangkan sektor pendidikan. Dalam unggahannya di Instagram, SPK menyatakan, "Serikat Pekerja Kampus bersama dosen seluruh Indonesia mendukung mahasiswa turun ke jalan selamatkan Indonesia."
Serikat ini bahkan menyerukan peringatan darurat dengan menyatakan bahwa Indonesia sedang dalam bahaya. "Masyarakat Indonesia sedang didorong masuk jurang kematian! Bangsa kita tengah diambang kehancuran!" seruan itu mencuat sebagai bentuk protes terhadap efisiensi anggaran yang dianggap mengancam masa depan pendidikan di Indonesia.
Menurut SPK, pemangkasan anggaran untuk sektor pendidikan merupakan bentuk penindasan terhadap rakyat yang paling membutuhkan. "Efisiensi yang menyasar kepentingan vital bangsa sejatinya adalah penindasan masyarakat yang terpinggirkan," tulis mereka dalam unggahan tersebut. Mereka juga menilai langkah efisiensi ini lebih didorong oleh kepentingan politis, khususnya terkait dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang dianggap sebagai janji kampanye politis dan pragmatis yang jauh dari prinsip keadilan.
Satryo Soemantri Brodjonegoro, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek), dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI di Jakarta pada Rabu (12/2/2025), memaparkan sejumlah beasiswa yang terkena pemangkasan akibat efisiensi anggaran. Salah satunya adalah Beasiswa KIP Kuliah yang dipangkas sebesar Rp1,31 triliun dari pagu awal Rp14,698 triliun.
Selain itu, program-program lain seperti Beasiswa Adik, BPI, Beasiswa KNB, dan beasiswa untuk dosen serta tenaga kependidikan juga mengalami pemangkasan anggaran, bahkan hingga 25 persen dari anggaran awal.
Satryo mengungkapkan bahwa pihaknya berupaya agar efisiensi anggaran dalam bidang pendidikan tidak diterapkan, mengingat dampaknya yang sangat besar bagi masa depan bangsa. Ia berharap efisiensi ini bisa dibatalkan, mengingat pentingnya sektor pendidikan dalam pembangunan negara.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

