Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Bahaya Laku Gus Miftah di Akar Rumput: Pengaruh Negatif dari Pernyataan Agresif

 Alasan Gus Miftah selalu pakai kacamata hitam. [Youtube CURHAT BANG Denny Sumargo]

Jakarta, 6 Desember 2024 – Perkataan verbal agresif yang dilontarkan oleh Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah kepada pedagang es teh, Sunhaji, telah menuai kemarahan publik.

Pernyataan yang diucapkan pada acara Magelang Bersholawat, 20 November 2024, tersebut menjadi sorotan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga hingga ke negara tetangga. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengomentari kejadian ini, menyebut bahwa keangkuhan dan kesombongan tidak hanya hadir pada orang yang tidak mengerti agama.

Dalam video yang beredar luas, Gus Miftah terlihat mengolok-olok Sunhaji, yang sedang menjual es teh di acara tersebut. Ia menggoda pedagang es teh itu dengan kata-kata yang tidak pantas. Miftah menyebutkan, “Es tehmu jik akeh, ra? (Es teh Anda masih banyak, tidak?) Masih? Yo, kono didol, goblok! (Ya, sana dijual, goblok!)” yang langsung disambut tawa jamaah yang hadir.

Perkataan tersebut mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah, Cholil Nafis, yang menyatakan bahwa meskipun mungkin dimaksudkan sebagai guyonan, ucapan tersebut tidak pantas, terutama dalam konteks pengajian. Inayah Wahid, putri Gus Dur, juga mengkritik Gus Miftah sebagai pemuka agama yang tidak memiliki kredibilitas.

Pernyataan ini bukan kali pertama. Sebelumnya, pada Oktober 2024, Miftah pernah melontarkan ucapan yang merendahkan martabat istrinya di depan publik. Selain itu, sebuah video lawas yang menampilkan Gus Miftah merendahkan seniman senior Yati Pesek juga kembali beredar. Dalam video tersebut, Miftah menggunakan kata-kata seksis dan merendahkan.

Terkait dengan pengaruh negatif dari sikap Miftah, pengamat komunikasi politik Gun Gun Heryanto menilai bahwa sebagai pendakwah dan pejabat yang memiliki banyak pengikut, Gus Miftah seharusnya lebih hati-hati dalam mengelola komunikasi. Ia mengingatkan pentingnya kehati-hatian, terutama dalam konteks teori social learning behavior, di mana pengikut dapat meniru perilaku buruk tersebut.

Miftah pun akhirnya meminta maaf kepada Sunhaji. Namun, permohonan maaf itu dinilai terlambat dan tidak mampu meredakan amarah publik. Menyikapi hal ini, Miftah menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Dalam konferensi persnya, ia menegaskan bahwa keputusan ini bukan karena tekanan pihak manapun, tetapi sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap Presiden Prabowo Subianto dan masyarakat.

Miftah juga mengungkapkan bahwa meskipun permintaan maafnya disampaikan, hal tersebut tidak serta-merta dapat mengubah persepsi publik yang sudah terlanjur kecewa. Sejumlah pihak pun mendorong Presiden Prabowo untuk memilih pengganti yang lebih tepat, seperti aktivis kerukunan beragama atau tokoh dari kelompok minoritas.

Pengamat Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad, mendukung keputusan Miftah untuk mundur dan mengingatkan bahwa sebagai pejabat publik, seseorang harus menjaga citra dan patut menjaga etika. Miftah, yang sebelumnya mengklaim sebagai keturunan kiai besar, disarankan untuk tidak menghapus gelar 'Gus', meskipun banyak pihak menilai perilakunya tidak mencerminkan sosok yang dihormati.

Seiring dengan pernyataan-pernyataan kontroversial ini, masyarakat semakin mengingatkan pentingnya bagi pemuka agama dan pejabat publik untuk berbicara dengan lebih bijak, agar tidak menurunkan martabat mereka sendiri dan orang lain. Peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua. (*)

Editor: Elok WA R-ID

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved