Predikat bapak pembangunan layak disematkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan mengakhiri jabatannya pada Oktober 2024 mendatang.
“Beliau adalah bapak infrastruktur Indonesia. APBN kita ini sekitar lebih dari Rp400 triliun sampai Rp500 triliun per tahun dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur,” kata Gurubesar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Telisa Aulia Falianty kepada wartawan, Sabtu (28/9).
Pembangunan infrastruktur jadi fokus Presiden Jokowi selama 10 tahun memerintah. Pembangunan ini dinilai telah memberikan multiplier effect positif bagi perekonomian dan masyarakat hingga ke pelosok negeri, termasuk wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).
“Pembangunannya cukup signifikan. Beliau juga sangat menekankan pentingnya infrastruktur untuk di daerah 3T. Nah ini yang perlu kita apresiasi ya selama 10 tahun ini,” jelasnya.
Upaya pembangunan infrastruktur ini, kata dia, terbukti telah memperlancar konektivitas, layanan dasar, serta distribusi pangan.
“Membangun daerah terluar tentu ada cost secara visibility of economy itu belum tentu itu visible, tetapi secara sosial dampaknya akan mengurangi ketimpangan di daerah 3T," sambungnya.
Salah satu yang ia soroti adalah infrastruktur konektivitas udara.
Selama satu dekade, Indonesia memperluas jaringan bandara baru, melakukan rehabilitasi dan pengembangan bandara, hingga menyelenggarakan angkutan udara perintis untuk mendukung konektivitas dan mengurangi disparitas harga kebutuhan masyarakat di daerah 3T seperti dikutip dari rmol
Guru Besar FEB UI Apresiasi Jokowi sebagai Bapak Infrastruktur Indonesi
Selama 10 tahun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, pembangunan infrastruktur menjadi fokus pemerintah. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Telisa Aulia Falianty menilai, Jokowi layak diapresiasi sebagai Bapak Infrastruktur Indonesia.
“Beliau adalah bapak infrastruktur Indonesia. APBN kita ini sekitar lebih dari Rp 400 – 500 triliun per tahun itu dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur,” ungkap Telisa, saat ditemui B-Universe, di Kampus FEB UI, Salemba, Jakarta, pada Kamis (26/9/2024).
Menurut Telisa, pembangunan infrastruktur era Jokowi memperlancar konektivitas, layanan dasar, distribusi pangan, hingga memberikan multiplier effect bagi perekonomian dan masyarakat Indonesia yang menjangkau ke pelosok negeri hingga wilayah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T).
Telisa menilai, hal ini sejalan dengan visi misi yang tercantum dalam Nawacita, yang menyebutkan bahwa salah satu agenda prioritas pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
“Ini juga yang perlu diapresiasi dari pemerintahan Presiden Joko Widodo. Membangun daerah terluar itu tentu ada cost secara visibility of economy itu belum tentu itu visible, tetapi secara sosial itu dampaknya terus akan mengurangi ketimpangan bagi masyarakat di daerah 3T. Ada nilai-nilai sosial yang kemudian nanti bisa mendukung nilai ekonominya,” paparnya.
Guru Besar FEB UI Apresiasi Jokowi sebagai Bapak Infrastruktur Indonesia
Telisa menyampaikan, salah satu keberhasilan pembangunan infrastruktur era Jokowi adalah menciptakan konektivitas udara hingga ke wilayah 3T. Selama satu dekade, Indonesia berhasil memperluas jaringan bandara baru, melakukan rehabilitasi dan pengembangan bandara, hingga menyelenggarakan angkutan udara perintis untuk mendukung konektivitas dan mengurangi disparitas harga kebutuhan masyarakat di daerah 3T.
“Jadi beliau (Jokowi) dan tentunya jajaran kabinetnya ya yang terkait dengan pembangunan konektivitas di 3T ini. Jadi kalau saya melihat cukup signifikan pembangunannya. Beliau juga sangat menekankan pentingnya infrastruktur untuk di daerah 3T. Nah ini yang perlu kita apresiasi ya selama 10 tahun ini,” ujar Telisa.***