Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengungkapkan alternatif pengganti susu sapi menjadi susu ikan.
Wacana penggunaan susu ikan tersebut disebut karena kapasitas produksi susu nasional tak mencukupi, hingga muncul wacana impor sapi perah sebanyak satu juta ekor.
Sebab, akan ada 82,9 juta anak sekolah yang mendapat program makan bergizi gratis itu tiap hari.
Salah satu komponen yang bikin bingung adalah soal ketersediaan susu.
Menurut dokter dan ahli gizi masyarakat, Tan Shot Yen, manusia butuh mengonsumsi ikan sebagai salah satu sumber protein.
Ikan mestinya dikonsumsi secara utuh, bukan dari ekstraknya.
Hal itu disampaikan Tan menanggapi wacana penggunaan susu ikan atau hasil ekstraksi ikan dalam program makan bergizi gratis.
"Sependek yang saya tahu, manusia itu perlu makan ikan, bukan ekstrak ikannya. Kalau ngomong ekstrak ikan, tentu akan digunakan kondisi-kondisi tertentu," ujar Tan dalam program Obrolan Newsroom di YouTube Kompas.com, Rabu (11/9/2024).
Sebelum menggunakan susu ikan dalam program nasional, menurut Tan, pembuat kebijakan harus memahami tujuannya lebih dulu.
Apabila penggunaan susu ikan bertujuan meningkatkan gizi masyarakat, kata dia, hal itu harus mempertimbangkan berbagai hal.
Terlebih, masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke memiliki beragam karakteristik panganan lokal.
"Kita kaya dengan pangan lokal, dan semua berhak untuk hidup sehat berdasarkan apa yang paling baik dari alam. Jadi sekali lagi kita makan, bukan minum susu," imbuhnya.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menilai, susu ikan dapat menjadi substitusi bagi susu sapi dalam program makan bergizi gratis yang dicanangkan presiden terpilih Prabowo Subianto.
Sudaryono mengatakan, opsi susu ikan dapat diambil ketimbang mengimpor susu sapi karena keterbatasan stok susu sapi di dalam negeri.
"Sampai kita datangkan sapi hidup diperah, sapinya cukup, itu terus bagaimana? Kita substitusi, jadi yang harusnya minum susu, kan susunya daripada impor, ya kita substitusi kandungan protein itu dengan sumber protein lain, baik nabati maupun hewani," kata Sudaryono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2024).
Sementara itu, PT Berikan Teknologi Indonesia selaku produsen susu ikan mengatakan bahan baku susu ikan berasal dari ikan yang ditangkap nelayan tradisional.
CEO PT Berikan Teknologi Indonesia, Yogie Arry menyebut, hal itu yang menyebabkan harga susu ikan relatif murah.
"Jadi kita menggunakan ikan-ikan yang secara ekonomis rendah," ujar Yogie dalam program Obrolan Newsroom di YouTube Kompas.com, Rabu (11/9/2024).
Yogie menyebut, ikan utuh dengan harga murah hasil tangkapan nelayan tradisional selama ini kurang termanfaatkan.
Bahkan, 70-80 persen ikan hasil tangkapan nelayan kerap kali tidak dihargai sepadan di pasaran.
Akibatnya, sisa ikan yang tidak laku di pasaran terpaksa dibuang ke perairan.
"Mereka enggak dapat harga bagus, akhirnya mereka balikin lagi ke laut, menjadi polusi di laut," ungkap Yogie.
Menurut Yogie, industri susu ikan justru menghidupkan perputaran ekonomi nelayan tradisional, sekaligus memberikan jaminan harga di pasaran.
"Secara langsung meningkatkan pendapatan mereka," imbuhnya.
Adapun susu ikan muncul sebagai alternatif dalam program makan bergizi gratis, program yang digagas presiden terpilih RI Prabowo Subianto.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengusulkan agar susu ikan digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada susu sapi impor.
"Susu ikan bisa membantu kita mengurangi ketergantungan pada impor susu sapi. Ini akan mendukung sektor perikanan nasional dan menyediakan sumber protein lokal yang lebih terjangkau," kata Teten kepada awak media di Jakarta, Selasa (10/9/2024) seperti dikutip dari tribunnews
Susu Sapi Dalam Program Ambisius Prabowo Mau Diganti 'Susu Ikan', Guru Besar IPB Beri Kritikan
Pemerintah tengah mengkaji penggunaan susu ikan sebagai alternatif pengganti susu sapi dalam program ambisius presiden terpilih Prabowo Subianto.
Pasalnya, stok susu sapi di Indonesia tak mampu memenuhi kebutuhan Program Makan Bergizi dan Susu Gratis yang akan menyasar 82,9 juta orang meliputi anak sekolah hingga ibu hamil.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kebutuhan susu di Indonesia saat ini mencapai 4,3 juta ton per tahun dan kontribusi susu dalam negeri terhadap kebutuhan susu nasional baru sekitar 22,7 persen, sisanya masih dipenuhi dari impor.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda mengatakan pemerintah akan mengimpor satu juta sapi secara bertahap hingga 2029. Impor sapi perah ini dilakukan untuk mendukung program Makan Bergizi dan Susu Gratis.
"Kita upayakan bahwa 1 juta selama 5 tahun itu, di tahun 2029 kita bisa mencapai swasembada," kata Agung.
Direktur Utama Holding Pangan ID FOOD Sis Apik Wijayanto mengatakan pengadaan susu dari peternakan sapi perah terintegrasi (mega farm) butuh waktu dua hingga tiga tahun. Untuk itu, ID FOOD mengkaji alternatif selain produk susu sapi.
“Pengadaan susu dari mega farm butuh dua sampai tiga tahun, yang diusulkan maunya pengadaan awalnya maksimalkan ke peternak lokal di seluruh Indonesia,” kata Sis Apik.
“Tapi jika tidak mungkin ada produk alternatif yang bisa dilakukan sebagai pengganti susu sapi misal dari ikan ada juga,” imbuhnya.
Ikan Bisa Atasi Stunting
Tujuan utama Prabowo Subianto membuat program Makan Bergizi dan Susu Gratis untuk menurunkan angka stunting RI yang cukup tinggi. Stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama.
Masalah stunting memang bisa diatasi salah satunya dengan peningkatan konsumsi ikan.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin pernah mengkampanyekan pentingnya pemberian protein hewani kepada anak utamanya anak usia dibawah 2 tahun.
“Setelah bayi berusia 6 bulan harus rajin melakukan pengukuran, karena Selain ASI eksklusif juga ada makanan tambahan, kalau kurang protein hewani anaknya bisa stunting. Protein hewani ini seperti susu, telur, ikan dan ayam,” kata Menkes.
Budi menyebut cara tersebut efektif mencegah stunting pada anak. Sebab, protein hewani mengandung zat gizi lengkap seperti asam amino, mineral dan vitamin yang penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pemerintah Luncurkan Produk Susu Ikan
Tahun lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) meluncurkan susu ikan sebagai upaya mendorong hilirisasi produk perikanan.
Produk inovasi tersebut berbahan baku ikan yang kemudian diproses dengan teknologi modern hingga menghasilkan Hidrolisat Protein Ikan (HPI) sebagai bahan baku susu ikan.
HPI adalah produk inovasi karya anak bangsa Berikan Bahari Indonesia, salah satu UMKM binaan KKP.
"Ini akan menjadi faktor penting dalam mendorong hilirisasi perikanan, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono.
Trenggono mengatakan dengan diluncurkannya susu ikan akan menjadi pengungkit daya saing produk perikanan, baik di pasar dalam negeri maupun global.
Ia menjelaskan, produk itu merupakan inovasi yang menggabungkan antara manfaat protein ikan untuk kesehatan dengan diversifikasi produk olahan.
Sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk, sejalan dengan program prioritas KKP.
Dia menegaskan susu ikan menjadi langkah penting guna memastikan kekayaan sumber daya perikanan dengan nilai tambah yang terkandung di dalamnya dapat dinikmati oleh masyarakat saat ini dan generasi mendatang.
"Saya sangat bangga dan bersemangat untuk berbicara tentang produk perikanan yang memiliki banyak manfaat sebagai sumber protein utama untuk mencetak generasi unggul yang cerdas," tegasnya.
Trenggono memastikan KKP berupaya meningkatkan konsumsi ikan dengan mengenalkan ragam diversifikasi produk kepada seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dilakukan agar masyarakat, terutama generasi penerus bangsa terhindar dari stunting.
Susu ikan karya anak bangsa ini memiliki beragam keunggulan, seperti mengandung EPA DHA dan Omega 3 yang tinggi, bebas alergen, dan mudah dicerna tubuh karena memiliki tingkat penyerapan protein mencapai 96 persen, serta diproduksi dari ikan dalam negeri.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki yang juga hadir pada peluncuran produk tersebut, mengapresiasi hilirisasi produk perikanan susu ikan.
Menurutnya, kebijakan hilirisasi sangat penting untuk meminimalisir impor, sekaligus menunjukkan kemampuan Indonesia dalam mengolah sumber daya lokal menjadi produk bernilai tambah, serta memiliki nilai ekonomi tinggi.
"Hilirisasi berbasis ikan ini perlu dikembangkan, Indonesia punya ikan, rumput laut, sawit, kelapa, umbi-umbian, dan berbagai sumber daya alam lainnya, ini semua yang akan dihilirisasi dan sudah dimulai di Indramayu," tutur Teten.
Guru Besar IPB Kritisi Susu Ikan jadi Alternatif Pengganti Susu Sapi
Pandangan kritis mengenai penggunaan susu ikan disampaikan oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas.
Ia mengungkapkan keprihatinannya mengenai kelayakan produksi susu ikan dalam skala besar.
“Susu ikan? Itu sekadar ide saja sih boleh. Tapi kalau dilakukan dalam skala besar, jawabannya pasti nggak mungkin. Kalau skala kecil mungkin,” kata Dwi.
Dwi menyoroti kesiapan industri susu ikan. Menurutnya, meskipun susu ikan menawarkan manfaat nutrisi, seperti asam lemak omega-3 dan protein tinggi, tantangan utama adalah kapasitas produksi dan kesiapan industri.
“Industri-nya sudah siap apa belum yang memproduksi susu ikan? Sehingga itu bukan satu jawaban,” tegasnya.***