
Repelita Jakarta - Pakar komunikasi dan hukum digital Henri Subiakto menganalisis alasan di balik dominasi investasi China di berbagai negara berdasarkan temuan penelitian dari Deutsche Welle Jerman.
Ia menekankan bahwa kekuatan tersebut tidak lepas dari strategi yang memanfaatkan celah tata kelola di negara penerima untuk memengaruhi kebijakan secara halus.
Mengapa Investasi dari RRC itu memiliki posisi yang sangat kuat di beberapa negara.
Ini salah satu jawabannya berdasar studi yang dilakukan Deutsche Welle Jerman.
Analisis Henri ini disampaikan melalui akun X @henrysubiakto pada Jumat, 12 Desember 2025.
Henri juga menyinggung pernyataan Prof Mahfud MD terkait tantangan dalam bernegosiasi kontrak dengan pihak China.
Masalahnya kata Prof Mahfud MD, bagaimana saat berkontrak dengan China itu.
Apa tunduk dan nurut pada isi kontrak yg mengikat, atau kritis memposiskan kedudukan yg sama, sehingga tidak didekte asing.
Menurutnya, isi perjanjian investasi dari China sering kali bersifat mengikat kuat yang berpotensi menempatkan negara mitra dalam posisi rentan.
Ia mempertanyakan apakah Indonesia siap menghadapi dinamika tersebut tanpa kehilangan otonomi nasional.
Bagaimana dengan Indonesia saat berkontrak dengan investor RRC? Ini yang perlu kita ketahui.
Henri menilai jawaban atas pertanyaan ini mendesak ditemukan untuk melindungi kepentingan bangsa di tengah arus investasi asing yang semakin masif.
Diskusi ini menjadi pengingat penting bagi pembuat kebijakan agar lebih waspada dalam menjaga kedaulatan ekonomi Indonesia.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

