Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Simalakama BUMN di Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung, Utang Membengkak Rugi Ditanggung

 Melihat Warisan Besar Jokowi 10 Tahun Pimpin RI: dari Whoosh Sampai Hilirisasi - BULIR.ID - Kenyang Jiwa, Sehat Akal

Repelita Jakarta - Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh kembali menjadi sorotan setelah kinerja keuangannya menunjukkan kerugian yang signifikan meski operasionalnya sudah berjalan dan jutaan penumpang telah diangkut.

Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (PT KCIC) harus menanggung beban keuangan yang berat akibat kerugian triliunan rupiah.

Empat BUMN Indonesia yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebagai pemegang saham pengendali PT KCIC adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PTPN VIII.

Mereka menanggung beban utang kepada China Development Bank (CDB) serta bunga pinjaman yang tinggi, yang menjadi tekanan tambahan bagi konsorsium.

Sejak proyek dimulai pada 2016, KCJB memang mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun, serta beban utang yang harus dilunasi setelah proyek rampung.

Audit bersama pemerintah Indonesia dan China mencatat total biaya pembangunan membengkak hingga 7,27 miliar dolar AS atau sekitar Rp 108,14 triliun, meningkat 1,2 miliar dolar AS dari perhitungan awal.

Mayoritas dana proyek bersumber dari pinjaman CDB, penyertaan modal negara melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lewat KAI, dan investasi dari konsorsium BUMN Indonesia serta perusahaan China.

Kondisi finansial PSBI sebagai pemegang saham mayoritas KCIC mengalami kerugian besar. Dalam laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia (KAI) per 30 Juni 2025, PSBI membukukan rugi bersih Rp 4,195 triliun sepanjang 2024.

Kerugian berlanjut hingga pertengahan 2025. Per Juni, PSBI kembali mencatat rugi Rp 1,625 triliun, sehingga BUMN pemegang saham harus menanggung beban secara proporsional.

PT KAI, sebagai pemimpin konsorsium dengan kepemilikan 58,53 persen saham PSBI, tercatat menanggung rugi Rp 951,48 miliar pada enam bulan pertama 2025, sementara pada 2024 rugi yang ditanggung mencapai Rp 2,23 triliun.

Konsorsium PT KCIC terdiri dari sembilan perusahaan, empat BUMN Indonesia melalui PSBI dan lima perusahaan China, termasuk China Railway International Company Limited dan China Railway Group Limited.

PSBI menguasai 60 persen saham KCIC, sedangkan 40 persen sisanya dimiliki konsorsium perusahaan asal China.

Proyek KCJB juga menjadi faktor utama kerugian PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), yang mencatat rugi Rp 7,12 triliun sepanjang 2023, meningkat drastis dari rugi Rp 59,59 miliar pada 2022.

Kerugian WIKA jauh lebih besar dibandingkan BUMN karya lain seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang rugi Rp 3,77 triliun pada 2023. Pada 2024, WIKA kembali menderita rugi sebesar Rp 2,33 triliun.

Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, menjelaskan penyebab utama kerugian adalah beban bunga dan beban lain-lain, termasuk provisi dan administrasi dari utang yang diterbitkan untuk membiayai proyek KCJB.

WIKA menyetor modal besar ke konsorsium melalui PSBI, mencapai Rp 6,1 triliun, ditambah dana yang masih dalam dispute sekitar Rp 5,5 triliun, sehingga total dana yang terkait hampir Rp 12 triliun.

Dana yang disetorkan diperoleh melalui penerbitan obligasi, sehingga WIKA terbebani beban bunga tinggi dan harus melakukan pinjaman tambahan untuk memenuhi kewajiban konsorsium.

Laporan keuangan WIKA 2023 mencatat beban lain-lain naik 310,16 persen menjadi Rp 5,40 triliun dan beban keuangan meningkat 133,70 persen menjadi Rp 3,20 triliun, yang menunjukkan tekanan finansial perusahaan akibat proyek KCJB.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved