
Repelita Jakarta - Prediksi pengamat politik Rocky Gerung tentang kondisi Presiden Joko Widodo usai lengser mulai terlihat di lapangan.
Rocky menilai, setelah tidak lagi menjabat, Jokowi bukan hanya kehilangan pengaruh di mata publik, tetapi juga jadi bahan olok-olok di berbagai lapisan masyarakat, termasuk kalangan sopir truk.
Hal itu disampaikan Rocky melalui kanal YouTube miliknya pada Kamis, 17 Juli 2025.
Ia menegaskan bahwa prediksinya soal Jokowi yang akan jadi bahan tertawaan mulai terbukti.
Menurut Rocky, walaupun masih ada upaya pendukung untuk menjaga citra Jokowi, arus kritik di masyarakat semakin deras.
Rocky menyebut era media sosial membuka ruang bagi siapa saja, termasuk sopir truk, untuk melontarkan kritik politik secara terbuka.
Olok-olok itu tidak hanya muncul di media sosial, tetapi juga terlihat pada mural, grafiti, dan tulisan satir di kendaraan niaga.
Salah satu contoh yang sempat viral adalah tulisan di bak truk yang berbunyi Dari Solo ke Pramuka, planga-plongo dan suka berdusta.
Rocky juga menyinggung isu ijazah palsu yang masih menggantung tanpa penjelasan tuntas.
Ia menilai klaim Jokowi soal desain politik besar hanyalah cara mengalihkan perhatian publik dari substansi tuntutan.
Rocky menantang Jokowi untuk membuktikan adanya konspirasi yang disebutnya sebagai desain politik tersebut.
Ia meminta mantan presiden jujur menjawab pertanyaan publik dan tidak menuduh semua kritik sebagai bagian makar.
Selain soal Jokowi, Rocky menyoroti tekanan politik yang juga dialami keluarga dekat mantan presiden.
Gibran Rakabuming Raka disebut sedang menghadapi tuntutan pemakzulan, sedangkan Bobby Nasution dipanggil oleh KPK.
Rocky menyebut kondisi ini menandakan posisi keluarga Jokowi makin terjepit.
Menurut Rocky, munculnya olok-olok publik ini merupakan counter culture atau budaya tandingan rakyat terhadap elite penguasa yang tidak jujur.
Ia menilai, seharusnya seorang mantan presiden menunjukkan sikap kenegarawanan setelah turun dari jabatan, bukan sebaliknya malah jadi bahan ejekan publik.
Rocky menilai ini sebagai krisis kepercayaan sekaligus kegagalan membangun warisan moralitas sebagai pemimpin.
Ia juga menitip pesan agar Presiden Prabowo Subianto dan aparat penegak hukum bersikap profesional dalam menuntaskan polemik yang muncul.
Menurut Rocky, masalah ijazah palsu dan proses pemakzulan Gibran bukan hanya sensasi politik, tetapi menyangkut moralitas dan legalitas kepemimpinan.
Ia berharap elite politik tidak menutup-nutupi masalah dengan narasi konspirasi tanpa bukti.
Rocky mengingatkan publik agar menjadikan situasi ini sebagai pelajaran penting dalam politik nasional.
Baginya, kejujuran dan integritas adalah modal utama seorang pemimpin.
Saat kekuasaan berakhir, hanya integritas yang akan dikenang rakyat.
Kalau itu hilang, maka penghormatan pun sirna.
Rocky menutup pesannya dengan menegaskan bahwa suara rakyat kini menggema di mana-mana, bahkan dari tulisan di belakang truk yang melintas di jalanan. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

