Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Kearifan Lokal Kendalikan PTM dan Mitigasi Bencana di Koto Tangah Kolaborasi Dosen dan Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Padang

Repelita Padang - Suara tawa anak-anak terdengar riuh di salah satu sudut ruang terbuka di Kelurahan Batipuh Panjang, Koto Tangah.

Mereka bermain ular tangga raksasa yang dirancang khusus untuk mengenalkan mitigasi bencana dengan cara menyenangkan.

Bukan sekadar permainan, tetapi di balik itu ada semangat besar membangun masyarakat tangguh dan sehat.

Inilah salah satu rangkaian Pengabdian kepada Masyarakat yang digagas tim dosen dan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Padang.

Melalui program bertajuk Pendampingan Masyarakat dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal, para akademisi dan mahasiswa turun langsung ke kampung-kampung.

Kegiatan ini menjawab tantangan nyata di Koto Tangah, wilayah pesisir Padang yang rentan bencana dan mencatat kasus PTM cukup tinggi, terutama hipertensi dan diabetes.

Program pengabdian ini terlaksana di Kelurahan Padang Sarai dan Batipuh Panjang dengan dukungan pendanaan BOPTN 2025.

Tim juga bekerja sama dengan Puskesmas Anak Air sebagai mitra lapangan dan melibatkan warga, kader kesehatan, serta kelompok rentan.

Kegiatan ini melibatkan enam dosen dari Jurusan Keperawatan dan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang, yaitu:

1. Ns. Yosi Suryarinilsih, M.Kep., Sp.Kep.MB

2. Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep., M.Kep

3. Ns. Murniati, SKM, S.Kep., M.Biomed

4. Ns. Sila Dewi Anggreni, M.Kep., Sp.KMB

5. Ns. Elvia Metti, M.Kep., Sp.Kep.Mat

6. Zurni Nurman, S.ST, M.Biomed

Sebanyak sembilan mahasiswa juga turun mendampingi warga, yaitu:

1. Amelia Ermi Juwita, STr.Kep

2. Mayang Mei Gusri, STr.Kep

3. Indah Novia Hendra, STr.Kep

4. Salsabill Syahputri, STr.Kep

5. Yakub Fawzy, STr.Kep

6. Rehan Hertanto, STr.Kep

7. Yulistia Andriani

8. Raihan Fredella

9. Maha Rani Putri

“Kita hanya perlu hadir, membimbing, dan membangkitkan potensi warga,” kata Ketua Tim Pengabmas, Yosi Suryarinilsih.

Dengan pendekatan partisipatif, masyarakat tidak hanya menerima informasi, tetapi diajak praktik langsung.

Pada aspek pengendalian PTM, warga diperiksa tekanan darah, gula darah, asam urat, hingga berat badan.

Mereka juga diedukasi soal hipertensi, cara senam hipertensi, dan pemanfaatan tanaman herbal lokal seperti daun salam, seledri, serta kumis kucing yang terbukti mendukung pengobatan tradisional.

Tidak hanya itu, ada penyuluhan tentang kegawatdaruratan kardiovaskuler dan edukasi gizi yang relevan untuk penderita PTM.

Sementara pada bidang mitigasi bencana, trauma healing jadi sorotan utama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan difabel.

Ular tangga edukatif menjadi media interaktif bernama Tangga Cerdas Bencana yang sudah memiliki hak kekayaan intelektual.

Lewat permainan ini, anak-anak diajak memahami langkah-langkah menghadapi bencana dengan cara seru.

Lansia diajak senam otot progresif agar tubuh tetap bugar dan kuat pascabencana.

Ibu hamil diajarkan teknik relaksasi Benson untuk mengurangi stres, sementara difabel mendapatkan edukasi menghadapi trauma pascabencana.

Edukasi gizi darurat juga diberikan agar warga paham cara menyiapkan makanan bergizi di tengah situasi bencana.

Semua layanan ini gratis dan dilakukan secara interaktif.

“Kami senang karena tidak hanya diperiksa, tapi juga diajarkan cara menjaga kesehatan dengan cara yang mudah,” ujar Yenni, warga Padang Sarai.

Sebanyak enam dosen lintas jurusan keperawatan dan gizi bersama sembilan mahasiswa dari berbagai jenjang turun langsung ke lapangan mendampingi warga.

Bagi mahasiswa, kegiatan ini menjadi pengalaman langsung menyampaikan ilmu di luar ruang kuliah.

“Kami belajar menyampaikan materi dengan bahasa yang sederhana. Ini pengalaman berharga,” kata Yakub, mahasiswa Profesi Ners.

Pengabdian ini juga mengasah kerja sama lintas profesi yang penting dalam pelayanan kesehatan.

Tidak berhenti di acara seremonial, program ini dirancang berkelanjutan dengan penguatan kader dan pemberian pengetahuan praktis agar warga dapat mandiri menjaga kesehatan.

“Kami ingin masyarakat mampu mengelola kesehatannya sendiri. Kearifan lokal harus terus dihidupkan,” tutup Yosi.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved