Repelita Jakarta - Kasus kematian diplomat muda Arya Daru Pangayunan yang sebelumnya dinyatakan sebagai bunuh diri masih menyisakan berbagai tanda tanya besar di kalangan publik dan para pengamat.
Polisi menyatakan telah memeriksa 24 saksi dan mengamankan 103 barang bukti dalam proses penyelidikan, namun banyak pihak menilai kesimpulan tersebut terlalu dini dan belum mengupas tuntas fakta di balik kematian Arya.
Dalam sebuah diskusi di tvOne, para analis kriminal dan pengamat hukum menyoroti sejumlah kejanggalan dalam kasus ini yang membuka kemungkinan adanya skenario pembunuhan yang terorganisir, bahkan menyeret dugaan operasi intelijen hitam.
Koordinator Indonesia Crime Analyst Forum, Mustofa Nahrawardaya, mengungkapkan keraguannya terhadap narasi bunuh diri yang disampaikan oleh aparat kepolisian.
Ia menjelaskan bahwa masyarakat di Jakarta cenderung enggan membantu korban saat kejadian karena takut terseret masalah, sehingga respons awal di lokasi diduga tidak optimal dan menimbulkan kecurigaan.
Mustofa menilai status korban sebagai diplomat yang menangani isu sensitif seperti tindak pidana perdagangan orang (TPPO) bisa saja menjadi motif di balik dugaan adanya operasi intelijen hitam dalam kasus kematian Arya.
Dia menegaskan bahwa jika benar ada keterlibatan intelijen, maka skenario ini sangat rapi dan sulit untuk dibongkar.
Mustofa juga menyinggung adanya email dari Arya yang menyatakan kecenderungan untuk bunuh diri ketika melihat laut dan ketinggian, namun mempertanyakan alasan mengapa korban tidak melakukannya saat berada di lantai 12 gedung tempat kematiannya.
Lebih lanjut, dia menduga kasus ini bisa jadi merupakan upaya pengalihan isu politik nasional yang sedang bergolak, sehingga kematian diplomat muda tersebut dimanfaatkan untuk mengalihkan perhatian publik dari masalah lain yang lebih besar.
Mustofa juga mempertanyakan beberapa hal teknis forensik yang belum diungkap polisi kepada publik, seperti kondisi plastik yang membekap wajah korban, apakah dalam keadaan utuh atau berlubang, serta bagaimana mekanisme pertukaran oksigen berlangsung, yang menjadi bagian penting analisis penyebab kematian.
Spekulasi dan keraguan tersebut menambah tekanan pada aparat kepolisian agar mengungkap fakta sesungguhnya secara transparan dan menyeluruh demi keadilan dan kepercayaan publik.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok