Repelita Jakarta - Arya Daru Pangayunan, diplomat muda Kementerian Luar Negeri, ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Jasad Arya ditemukan petugas indekos dalam keadaan kepala terbungkus lakban dan tertutup selimut.
Bambang Widjojanto, mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, menduga kematian Arya sarat makna simbolik.
Si pelaku pembunuhan sedang mengirim pesan simbolik. Maka kemudian harus dibaca pakai teori-teori pembunuhan. Yang paling pertama adalah bagaimana kejahatan itu dilakukan, kata BW.
Pendiri KontraS itu menilai kepala yang dilakban menunjukkan upaya pembungkaman.
Pesannya untuk orang lain melalui korban itu adalah yang bicara dan membocorkan informasi, akan bernasib seperti ini.
BW juga menyinggung kemungkinan Arya terlibat kasus perlindungan warga negara yang berkaitan dengan TPPO di Kamboja.
Apakah pembunuhnya ini sedang mengirim pesan: kalau lu bicara, gw bungkam. Begitu kira-kira, ujarnya.
Ia menduga cara kematian Arya sengaja diskenario seperti bunuh diri.
Karena kan pintunya terkunci dari dalam. Jam 9 malam dia masih komunikasi dengan istrinya. Kemudian dia pesan makanan melalui ojol, jelas BW.
Istri Arya sempat mencoba menghubungi pada pukul lima pagi, tetapi tidak ada jawaban.
Karena tak mendapat kabar, istrinya yang berada di Yogyakarta meminta satpam kos membongkar kamar Arya.
Setelah dicek dan diketuk tidak dibuka, akhirnya kamar dibuka paksa. Di dalam ditemukan korban dalam kondisi sudah meninggal, kata Kapolsek Menteng Komisaris Rezha Rahandhi.
Polisi telah mengamankan beberapa rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian.
Kamar korban saat ditemukan terkunci rapat tanpa tanda kerusakan pada pintu atau jendela.
Hingga kini pihak kepolisian masih mendalami penyebab kematian Arya Daru Pangayunan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

