Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Gelar Ir Jokowi Dipertanyakan, Data Her-Registrasi dan SKS Jadi Sorotan

 Jokowi Diduga Hanya Menyelesaikan Program Sarjana Muda di UGM, Bukan Sarjana  Penuh

Repelita Jakarta - Perdebatan seputar latar belakang akademik Presiden Joko Widodo kembali mencuat.

Setelah isu "tidak pernah kuliah" mulai mereda, kini perhatian publik bergeser pada keabsahan gelar akademik yang disandangnya.

Tim dari pihak Roy Suryo, termasuk dokter Tifa dan peneliti Rismon Sianipar, menyoroti dokumen akademik yang dirilis Bareskrim Polri dalam konferensi pers pada 22 Mei 2022.

Salah satu dokumen yang dipermasalahkan adalah formulir her-registrasi tahun ajaran 1981/1982.

Dokumen tersebut mencantumkan nama Joko Widodo sebagai mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Yang menjadi perdebatan adalah kolom pilihan program studi yang ditandai oleh Jokowi.

Dalam kolom tersebut, ia mencentang opsi “Sarjana Muda” alih-alih “Sarjana”.

“Kalau dari awal hanya mengambil Sarjana Muda, bagaimana bisa menyandang gelar Ir? Gelar itu hanya untuk lulusan sarjana penuh,” ujar dr. Tifa melalui akun media sosialnya pada 30 Mei 2025.

Rismon Sianipar menambahkan bahwa berdasarkan transkrip nilai, Jokowi hanya menempuh 122 SKS.

Jumlah itu terdiri dari 88 SKS wajib dan 34 SKS pilihan.

Menurut Rismon, angka tersebut belum memenuhi standar kelulusan S1 di UGM yang kini mensyaratkan minimal 144 SKS.

“Dengan SKS segitu, jelas tidak cukup untuk menyandang gelar Ir. Kecuali memang hanya menyelesaikan Sarjana Muda,” kata Rismon.

Ia juga mempertanyakan apakah program Sarjana Muda masih tersedia di Fakultas Kehutanan UGM pada awal dekade 1980-an.

“Apakah program itu masih aktif di era 1980 hingga 1985?” tulisnya melalui platform X.

Namun sejumlah alumni UGM menanggapi pandangan ini secara berbeda.

Budi Suryanto, lulusan Fakultas Teknik UGM angkatan awal 1980-an, mengingatkan bahwa sistem pendidikan saat itu tidak bisa disamakan dengan standar masa kini.

“Zaman dulu sistem pendidikan tinggi berbeda. Banyak istilah yang sekarang sudah tidak digunakan lagi, seperti ‘tesis’ untuk tugas akhir sarjana,” ujarnya.

Budi menilai membandingkan kurikulum masa lalu dengan sistem sekarang akan menyesatkan.

Ia juga menekankan pentingnya memahami konteks sejarah dalam mengkritisi pendidikan tinggi.

“Kalau mau mengkritik, jangan sampai mempermalukan diri sendiri karena tidak paham konteks pendidikan tinggi di masa lalu,” tegasnya.

Meski demikian, perdebatan terus bergulir.

Transkrip akademik Jokowi memperlihatkan nilai tinggi di sejumlah mata kuliah, seperti Filsafat Pancasila dan Fisiologi Pohon.

Namun ada pula nilai rendah, termasuk nilai D untuk Matematika II dan Statistik.

Alih-alih meredam isu, publikasi dokumen resmi justru melahirkan spekulasi baru.

Pertanyaan bermunculan: jika program yang diambil adalah Sarjana Muda, mengapa gelarnya Ir?

Apakah ini kesalahan administratif, atau ada aspek yang belum dijelaskan secara terang?

Seorang pengamat pendidikan tinggi menyatakan, “Jika benar programnya Sarjana Muda, maka gelarnya seharusnya bukan Ir, tapi gelar lain seperti B.Sc.”

Ia menambahkan bahwa hingga kini belum ada klarifikasi resmi dari pihak UGM maupun Istana terkait hal tersebut. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved