Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Jejak Militer dalam Politik: Kenaikan Pangkat Letkol Teddy Indra Wijaya dan Kembali Menguatnya Dinamika Kekuasaan

 Jejak Perwira di Istana: Dari Soedharmono hingga Mayor Teddy

Repelita Jakarta - Kenaikan pangkat Sekretaris Kabinet, Mayor Teddy Indra Wijaya, menjadi Letnan Kolonel, memunculkan perhatian publik karena mengingatkan pada figur militer yang lebih dulu meniti jalur serupa, Letjen TNI Purn. Soedharmono. Soedharmono dikenal sebagai perwira yang kariernya lebih banyak ditempa di lingkaran kekuasaan ketimbang di medan tempur, hingga akhirnya mencapai puncak karier politik sebagai Wakil Presiden RI.

Di antara jajaran perwira yang berpengaruh pada era Orde Baru, Soedharmono adalah sosok yang mencerminkan bagaimana militer tidak hanya hadir dalam struktur pertahanan, tetapi juga menjadi bagian dari pemerintahan. Sebagai Sekretaris Kabinet dan Menteri Sekretaris Negara, ia memainkan peran sentral dalam mengelola administrasi kekuasaan Presiden Soeharto.

"Ini memang mirip dengan pola lama, di mana militer memainkan peran besar di pemerintahan," kata seorang netizen, "tapi tentu saja konteksnya berbeda. Teddy bukan Soedharmono."

Jalur yang ditempuh Soedharmono juga diikuti oleh Moerdiono, yang hampir selalu berada dalam orbit yang sama. Keduanya adalah contoh bagaimana perwira militer di masa lalu menjadi pilar dalam birokrasi sipil, sebuah fenomena yang hampir tak ditemui lagi setelah reformasi.

Namun, kemunculan figur seperti Teddy mengundang pertanyaan: apakah ini menandakan kembalinya pola lama? Ataukah ini hanya manifestasi dari dinamika internal pemerintahan Prabowo, bukan rekonsolidasi militer dalam politik?

“Menurut saya, ini lebih soal strategi internal pemerintahan Prabowo, bukan soal kembali ke pola militer di politik,” ungkap netizen lain.

Untuk memahami dinamika ini, kita perlu menengok sejarah. Pada 1958, Jenderal AH Nasution memperkenalkan konsep Jalan Tengah TNI yang berkembang menjadi Dwifungsi ABRI. Dalam konsep ini, tentara tidak hanya bertanggung jawab atas keamanan dan pertahanan, tetapi juga turut serta dalam pemerintahan. Dalam konteks inilah Soedharmono muncul sebagai perwira yang berperan besar di lingkaran istana.

Soedharmono, yang mulai meniti karier sebagai staf pada awal 1960-an, semakin dekat dengan elite militer dan politik setelah Soeharto naik ke tampuk kekuasaan. Pengalaman ini membantunya menjadi salah satu arsitek di balik struktur politik Orde Baru, hingga akhirnya menduduki posisi sebagai Wakil Presiden RI ke-5.

Tokoh lain yang mengikuti jalur serupa adalah Moerdiono dan Ginanjar Kartasasmita. Moerdiono memulai karier di administrasi kekuasaan, bertugas sebagai Sekretaris Kabinet, dan akhirnya menjadi Menteri Sekretaris Negara. Ginanjar, yang menonjol dalam bidang ekonomi, memainkan peran penting di pemerintahan sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional hingga Menko Ekuin di era Soeharto.

Pasca-reformasi, Dwifungsi ABRI dihapus, dan militer dikembalikan ke barak. Jalur perwira untuk memasuki dunia sipil semakin sempit. Meski begitu, mereka tetap menemukan celah untuk berkarier di politik.

Jika dulu seorang perwira bisa langsung menempati jabatan sipil tanpa harus pensiun, kini aturan berbeda. Perwira aktif harus mengakhiri dinas mereka sebelum terjun ke dunia politik. Contohnya adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang memilih mundur dari karier militer dan sekarang memimpin Partai Demokrat serta menjabat Menko Infrastruktur dalam kabinet Prabowo.

Meskipun militer tetap memiliki daya tarik di dunia politik, jalur yang ditempuh kini lebih berliku. Namun, menurut Harold Crouch dalam bukunya The Army and Politics in Indonesia, hubungan antara militer dan politik di Indonesia tidak pernah benar-benar terputus. Militer Indonesia selalu menemukan cara untuk tetap relevan dalam politik, baik secara institusional maupun melalui individu-individu yang meniti karier di dalamnya.

Dengan situasi politik yang lebih kompleks saat ini dan pembatasan peran militer dalam politik yang lebih ketat, kehadiran Letkol Teddy Indra Wijaya dalam pemerintahan Prabowo memang menarik perhatian. Meskipun posisi Teddy di Sekretaris Kabinet mengingatkan pada Soedharmono, konteksnya jelas berbeda.

"Saya rasa ini bukan soal kembalinya militer ke politik, lebih ke kebutuhan dinamika pemerintahan saat ini," kata seorang pengamat politik.

Artinya, kehadiran perwira seperti Teddy dalam pemerintahan Prabowo bukan hanya soal politik militer, tetapi lebih pada kebutuhan strategis dalam pemerintahan yang terus berkembang.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad


Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved