Repelita, Jakarta 17 Desember 2024 - Kekalahan Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024 menjadi sorotan publik. Kegagalan Ridwan Kamil yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju Plus menunjukkan bagaimana dukungan politik dapat cepat menghilang saat kekalahan datang.
Ridwan Kamil bersama pasangannya, Suswono, kalah telak dari pasangan Pramono Anung dan Rano Karno.
Pengamat politik Hersubeno Arief menyebutkan bahwa mesin politik yang diharapkan dapat mendukung Ridwan Kamil terlihat tidak bekerja optimal.
"Ketua umum partai pendukung bahkan absen di kampanye akbar," ujar Hersubeno.
Koalisi besar yang mendukung Ridwan Kamil terlihat mulai pecah setelah hasil Pilkada diumumkan. Beberapa partai pengusung bahkan langsung menyatakan dukungan kepada Pramono Anung, termasuk PKB dan Demokrat.
"Mereka sudah membahas program kerja dengan Pramono," tambah Hersubeno.
Hersubeno mencatat bahwa perjalanan politik Ridwan Kamil di Jakarta sejak awal penuh kontroversi. Penolakan dari berbagai kalangan cukup besar, sementara dukungan internal dari partai-partai pengusung juga minim.
Bahkan, di kalangan koalisi sendiri, ada suara yang menyebut Ridwan Kamil sebagai "kacang lupa kulitnya," yang mengacu pada hubungannya yang kurang harmonis dengan partai-partai pendukung di masa lalu.
Saat ini, Ridwan Kamil mengisyaratkan akan kembali ke profesinya sebagai dosen atau arsitek. Namun, Hersubeno menilai peluang Ridwan Kamil untuk tetap berkecimpung dalam dunia politik belum sepenuhnya tertutup.
Ada spekulasi bahwa ia mungkin ditunjuk untuk memegang posisi strategis sebagai penanggung jawab wilayah aglomerasi Jabodetabek, yang melibatkan koordinasi daerah sekitar Jakarta.
Hersubeno menyoroti sejumlah kesalahan strategi Ridwan Kamil selama kampanye. Misalnya, langkahnya ke Solo tanpa koordinasi dengan tim sukses dinilai membuat citranya di Jakarta semakin buruk.
Dukungan dari tokoh besar seperti Jokowi disebut justru menurunkan elektabilitasnya. Hersubeno menambahkan bahwa jejak digital dan sikap politik Ridwan Kamil selama ini menjadi hambatan.
"Jejak digital dan kesalahan strategi membuat Ridwan Kamil sering kehilangan dukungan," ujar Hersubeno.
Jika tidak mendapatkan peran signifikan di masa depan, karier politik Ridwan Kamil diprediksi bisa berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan.
Hersubeno menyimpulkan bahwa kekalahan ini menjadi pelajaran penting. Untuk sukses di dunia politik, seorang calon pemimpin seharusnya tidak mengabaikan dukungan partai dan memastikan tidak memiliki jejak digital yang dapat menjadi bumerang.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok