Said Didu Ungkap Pandangan Mengenai Kekuasaan Jokowi dan Oligarki
Pengamat politik, Said Didu, mengungkapkan pandangannya yang mengejutkan mengenai kekuasaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menurutnya telah diambil alih oleh Jokowi dan oligarki sejak 2015. Dalam sebuah diskusi baru-baru ini, Said menyatakan bahwa Indonesia telah mengalami "kudeta" yang dilakukan oleh Jokowi bersama kelompok oligarki yang mendukungnya.
Menurut Said, kekuasaan Jokowi mulai dipengaruhi oleh kelompok oligarki yang semakin kuat sejak 2015, setelah Jokowi melakukan reshuffle kabinet dan mengganti beberapa menteri yang dianggap memiliki integritas, seperti Sudirman Said, Anies Baswedan, dan Rizal Ramli. Sejak reshuffle tersebut, posisi-posisi strategis di kabinet dikuasai oleh orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan oligarki, yang memiliki pengaruh besar dalam keputusan-keputusan politik dan ekonomi.
Said berpendapat bahwa, sejak saat itu, PDIP sebagai partai pendukung Jokowi mulai kehilangan pengaruhnya, sementara oligarki semakin mendominasi sektor-sektor penting, termasuk kebijakan terkait sumber daya alam dan ekonomi negara. Said menegaskan bahwa Jokowi telah mengkudeta negeri ini bersama oligarki sejak 2015.
Said juga mengkritik kebijakan pemerintah yang lebih menguntungkan kalangan pengusaha besar dan konglomerat, sementara rakyat kecil semakin terperosok dalam ketergantungan terhadap kekuasaan yang ada. Ia menyebutkan kebijakan-kebijakan seperti Omnibus Law dan perubahan Undang-Undang Cipta Kerja sebagai bentuk "pesanan" dari kelompok oligarki yang ingin memanfaatkan sumber daya negara untuk kepentingan mereka.
Menurut Said, perubahan yang terjadi dalam politik Indonesia setelah Reformasi 1998 adalah hasil dari perubahan struktur kekuasaan yang didorong oleh oligarki. Kelompok ini, menurutnya, berhasil mengubah berbagai undang-undang untuk memuluskan agenda ekonomi mereka, termasuk menguasai sumber daya alam yang seharusnya menjadi milik rakyat.
Said juga memberikan kritik terhadap beberapa tokoh politik, seperti Gibran Rakabuming, yang menurutnya didorong oleh oligarki untuk maju sebagai calon presiden. Ia menilai bahwa jika Gibran terpilih, kekuasaan oligarki akan semakin kuat dan rakyat Indonesia akan semakin terpinggirkan.
Selain itu, Said juga mengkritik Presiden Prabowo Subianto, yang ia anggap sedang dikejar-kejar oleh pengaruh oligarki. Said menekankan bahwa perjuangannya adalah untuk merebut kembali negara ini dari cengkraman oligarki dan mengembalikan kedaulatan kepada rakyat Indonesia. Ia berharap masyarakat semakin sadar akan situasi ini dan mulai bertindak untuk melawan pengaruh oligarki yang semakin menguasai Indonesia.
“Saya berjuang agar negara ini tidak jatuh ke tangan oligarki dan Jokowi yang hanya menjadi boneka mereka,” ujar Said.
Said juga mengajak masyarakat untuk lebih sadar dan mendukung perjuangan ini, dengan langkah pertama membongkar kekuatan oligarki dan mengidentifikasi pihak-pihak yang berperan dalam memajukan kepentingan mereka.
“Jokowi dan oligarki harus dikalahkan, dan kita harus memulihkan negara ini untuk kepentingan rakyat,” pungkas Said. (*)