Polda Jateng Selidiki Kasus Penembakan Polisi terhadap Siswa SMKN 4 Semarang
Semarang, 28 November 2024 – Polda Jawa Tengah masih melakukan penyelidikan terkait penembakan yang melibatkan anggota polisi terhadap tiga siswa SMKN 4 Semarang pada Minggu (24/11/2024) dini hari.
Kasus ini sempat memunculkan kabar bahwa penembakan dipicu oleh senggolan motor, bukan akibat tawuran atau aksi gangster seperti yang sebelumnya diduga.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Artanto, menyatakan bahwa informasi tersebut masih dalam proses penyelidikan.
"Informasi tersebut masih proses penyelidikan," ujar Artanto di Mapolrestabes Semarang, dikutip dari TribunJateng.
Meski demikian, pihak kepolisian memiliki bukti rekaman CCTV yang akan diperiksa untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya.
"Nanti akan dilakukan penyelidikan dan kroscek dengan saksi-saksi yang ada," tambah Artanto.
Artanto juga membantah kabar bahwa anggota kepolisian tersebut dalam keadaan mabuk saat kejadian.
"Anggota itu mau pulang ke rumah lalu melintas ada kelompok kreak (gangster)," jelas Artanto.
Terkait potensi pelanggaran prosedur oleh Aipda Robig, Artanto menegaskan bahwa penyelidikan oleh Paminal Propam Jateng masih berlangsung.
"Menembak di atas motor dan tembakan peringatan, itu nanti kita sampaikan setelah proses penyelidikan," ungkapnya.
Tiga Korban Tembakan
Aipda Robig Zaenudin (38), anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang, menembak tiga siswa SMKN 4 Semarang yang diduga terlibat dalam tawuran dengan kelompok gangster Seroja.
Akibat kejadian tersebut, satu korban, GRO (17), meninggal dunia, sementara AD (17) dan SA (16) mengalami luka tembak di tangan dan dada. Mereka berdua selamat.
Peristiwa tersebut terjadi di depan Alfamart Jalan Candi Penataran Raya, Ngaliyan, Kota Semarang.
Bantahan dari Warga
Warga sekitar membantah bahwa para korban terlibat dalam kegiatan gangster.
Ketua RT 4 RW 2 Kelurahan Tugu, Aris Widarto, menegaskan bahwa SA adalah anak yang baik dan tidak terlibat kenakalan.
"Dia anggota gangster tidak benar," ujar Aris.
Aris menjelaskan bahwa SA aktif mengaji dan membantu orang tuanya berjualan kerupuk keliling.
Pernyataan serupa datang dari Ketua RT 6 RW 5 Ngaliyan, M Wakimin, yang mengatakan bahwa AD tidak terlibat dalam kenakalan remaja.
"Dia aktif di kegiatan remaja masjid dan perkumpulan warga," kata Wakimin.
LBH Petir Bentuk Tim Pencari Fakta
Terkait ketidakpuasan publik terhadap penjelasan polisi, Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Petir Jawa Tengah, Zainal Abidin Petir, berencana membentuk tim pencari fakta.
Tim ini bertujuan untuk menindaklanjuti ketidakpuasan atas pernyataan Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar, yang menyebut salah satu korban membawa senjata tajam dan melawan saat ditembak.
Zainal menyatakan bahwa tim akan melakukan pendampingan dan investigasi untuk memastikan kejelasan kasus ini.
"Saya ingin melakukan pendampingan dan investigasi supaya kasus ini terang," katanya.
Zainal juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah menelusuri informasi ke sekolah dan mendapatkan keterangan bahwa tidak ada catatan kenakalan dari ketiga korban.
"Saat ini, korban dan keluarga masih ketakutan sehingga tidak bisa menerima tamu," tambah Zainal.
Ia juga meminta kepada Kapolri dan lembaga lainnya, seperti Komnas HAM, Komnas Anak, dan Komisi 3 DPR RI, untuk turun langsung ke Semarang guna mengusut tuntas kasus ini.
Zainal menegaskan, jika ada anggota polisi yang melanggar SOP, mereka harus ditindak tegas.
"Ayo cintai Polri dengan cara bersih-bersih institusi Polri," pungkasnya. (*)