Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto, terpantau menyampaikan sindiran tajam yang diduga menyasar dinasti Jokowi.
Pegiat media sosial, Yusuf Dumdum, melalui akun pribadinya di X, @yusuf_dumdum, menilai, kedua tokoh tersebut kompak mengingatkan penguasa saat ini dan putranya.
"Kompak! PS sindir fufufafa soal etika dan cacimaki sementara Pepo sindir Mulyono soal penyalahgunaan alat negara dan begal konstitusi!," tulis Yusuf Dumdum, dikutip Minggu (13/10/2024).
Menariknya, kata dia, sindirian itu dilakukan di hari yang sama, yaitu pada Kamis (10/10/2024). Apakah ada janjian di antara mereka?
"Yang jelas, semua kejadian itu bukan dilakukan secara tidak sengaja atau kebetulan. Namun semua dilakukan berdasarkan kesadaran hati dan nurani melihat situasi moral bangsa yang semakin terdegradasi," tutupnya.
Sebelumnya diberitakan, SBY memaparkan torehan prestasi saat menjabat sebagai presiden, namun ia pun mengaku masih banyak kekurangan saat menjabat.
"Banyak kekurangan kita, ada kelemahan kita, ada hal yang tidak bisa kita lakukan," ujar SBY di acara Peluncuran Buku Perjalanan dan Capaian Kabinet Indonesia Bersatu I di JCC Senayan, Jakarta, pada Kamis (10/10/2024).
Lebih lanjut, SBY mengatakan meski banyak kekurangan dirinya tidak melakukan selingkuh dengan sistem dan konstitusi.
“Tapi kita tidak berselingkuh kepada sistem, kepada konstitusi, kepada hal-hal yang patut dipedomani dalam kehidupan bernegara," ujarnya.
Terpisah, Prabowo juga memberikan sentilan kepada para pencaci maki saat menghadiri Rakornas Legislatif PKB yang digelar di Hotel Syahid, Jakarta, 10 Oktober lalu.
“Saudara-saudara, ada segelintir orang yang punya budaya caci maki, jelek-jelekin, cari masalah, ya kan. Padahal, saya percaya mereka ini mungkin sudah ditutup hatinya, ditutup matanya. Saya tidak paham mereka,” tutur Prabowo.
Menurutnya, budaya Indonesia adalah bangsa yang punya etika. Begitu pun jika ingin mengkritik juga punya etika yang baik.
“Jangan bawa budaya-budaya dari mana. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang penuh sopan santun. Kritik dengan baik. Koreksi dengan baik,” pungkas Menteri Pertahanan ini seperti dikutip dari fajar
[VIDEO]
Presiden Indonesia terpilih, Prabowo Subianto sangat menyayangkan tumbuh suburnya budaya caci maki sesama anak bangsa. Terutama terhadap pemimpin. Menteri Pertahanan itu menegaskan bahwa caci maki bukan budaya Indonesia.
"Kesulitan kekurangan kita akui, kita atasi bersama, kita koreksi, tapi bangsa yang besar janganlah mempunyai adat, mempunyai kebiasaan caci maki, caci maki antara kawan, caci maki dengan pemimpin," kata Prabowo saat memberikan sambutan dan arahan dalam pembukaan 'Forum Sinergitas Legislator PKB' di Jakarta pada Kamis (10/10/2024).
Prabowo melanjutkan, bahwa caci maki tidak dibenarkan dalam agama manapun. Menurutnya, budaya Indonesia adalah budaya sopan santun. Ia menegaskan akan berbuat yang terbaik untuk masa depan Indonesia.
"Caci maki itu saya kira tidak baik, itu bukan ajaran agama kita. Itu bukan ajaran agama-agama lain pun. Kritik dengan baik, koreksi dengan baik. Saudara-saudara sekalian, dan akan terbukti tidak lama pasti semua yang berbuat tidak baik akan kelihatan. Dan kita harus berani koreksi diri," tegasnya.
Ketua Umum Partai Gerindra itu menegaskan, segelintir orang yang suka mencaci maki sudah tertutup hatinya. Oleh karena itu ia meminta kesadaran seluruh rakyat Indonesia untuk saling bahu membahu, bersatu, berkontribusi membangun bangsa.
“Ada segelintir orang yang punya budaya caci maki, jelek-jelekin, cari masalah. Padahal, saya percaya mereka ini mungkin sudah ditutup hatinya, ditutup matanya. Saya tidak paham mereka itu," pungkasnya
SBY Akui Banyak Kekurangan Selama Jadi Presiden Tapi Tidak Pernah Selingkuhi Konstitusi,
Presiden Keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), memaparkan sejumlah torehan prestasi yang pernah diraihnya ketika masih menjabat sebagai presiden.
Di sisi lain, dia pun mengakui masih banyak kekurangan dan kelemahan ketika dirinya menjabat.
"Banyak kekurangan kita, ada kelemahan kita, ada hal yang tidak bisa kita lakukan," kata dia dalam kegiatan Peluncuran Buku Perjalanan dan Capaian Kabinet Indonesia Bersatu I di JCC Senayan, Jakarta, pada Kamis (10/10).
Namun demikian, kata SBY, yang terpenting selama menjabat dirinya tak melakukan tindakan tak terpuji kepada sistem ataupun konstitusi yang jadi pedoman bangsa. Tak diketahui siapa yang disindir oleh SBY dalam ucapannya itu.
"Tapi kita tidak berselingkuh kepada sistem, kepada konstitusi, kepada hal-hal yang patut dipedomani dalam kehidupan bernegara," ujar dia.
Dalam kesempatan itu, SBY sempat mengemukakan sejumlah rintangan yang dihadapi saat masih menjabat sebagai presiden. Contohnya, rintangan saat 100 hari kerja menjadi presiden.
Ketika itu, SBY mesti dihadapkan dengan bencana tsunami yang terjadi di Aceh.
Bencana itu kemudian disusul dengan bencana lainnya yang terjadi di Yogyakarta hingga Sumatra Barat.
"Dari segi natural disaster tentu mengganggu pemerintahan, menyedot banyak sekali anggaran keuangan yang kita miliki," ucap dia.
Tak hanya bencana, pemerintahan SBY juga diuji dengan meroketnya harga minyak bumi dunia yang membuatnya mesti menaikkan harga BBM. Kebijakan menaikkan harga BBM membuat elektabilitasnya sempat anjlok.
"Elektabilitas juga jatuh tapi kita we do not care dalam arti nomor duakan elektabilitas yang penting ekonomi selamat," ujar dia.
Pernyataan itu pun langsung tuai perhatian. Pasalnya, lewat pernyataan tersebut, SBY dinilai sebenarnya tengah menyindir Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sebentar lagi lengser.
"Dalam konteks tertentu, apakah SBY menyindir Jokowi, bisa menyindir bisa juga tidak. Kelihatannya bisa saja menyindir karena yang menyerempet, menyelingkuhi konstitusi kan kita sama-sama tahu, publik juga tahu siapa," kata Pengamat politik Ujang Komarudin, dihubungi Jumat (11/10/224).
Menurut Ujang, publik tentu masih mengingat berbagai polemik politik yang terjadi selama masa kepemimpinan Jokowi.
Seperti wacana presiden 3 periode hingga pengunduran pemilu karena alasan Pandemi Covid-19.
Sehingga, dia menilai kalau publik bisa jadi menangkap maksud dari pernyataan SBY.
"Meskipun SBY tidak menyebut namanya, tapi yang punya potensi kemarin menyelingkuhi konstitusi ya orang yang berkuasa saat ini. Apakah menyindir Jokowi, publik sudah paham itu arahnya ke mana," ujarnya.***