FUFUFAFA adalah Gibran, begitu kata BSSN yang dikutip Bocor Alus Tempo dan Roy Suryo.
Artinya, yang memaki Prabowo, meroasting masa lalunya, meledek anak Prabowo, njulidin Syahrini, dll, itu semua kelakuan Gibran Rakamuning Raka, anak Joko Widodo.
Kalau merujuk syarat untuk menjadi Wakil Presiden, Gibran jelas cacat karena tidak memenuhi ketentuan Pasal 169 huruf e UU No. 7 tahun 2017 tentang Pemilu, yakni *tidak memenuhi kualifikasi mampu secara rohani dan jasmani* untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden serta tidak bebas dari penyalahgunaan narkotika.
Mata Gibran yang kriyep-kriyep, diduga akibat nge-fly narkoba. Jadi, masalah Gibran tidak layak, itu kompleks. Dr Tifa sudah mengulas masalah psikologi dan kesehatan fisik Gibran ini yang bermasalah.
Sebelumnya, Gibran juga tidak memenuhi kualifikasi syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 169 huruf q UU No. 7 tahun 2017 tentang Pemilu, yakni belum cukup usia 40 tahun.
Namun, ditolong oleh Anwar Usman dengan putusan MK No. 90, sehingga jabatan Gubran sebagai Walikota Solo dijadikan syarat untuk maju.
Celakanya, KPU tidak mengubah PKPU untuk menerima dan menetapkan Gibran sebagai Cawapres. Keputusan ini digugat ke PTUN Jakarta. Tanggal 10 kemarin, semestinya putusan namun diundur ke tanggal 24.
Diduga kuat ada intervensi Jokowi, dengan modus hakim sakit, yang bertujuan agar Gibran Rakabuming Raka bisa dilantik sebagai Wapres tanggal 20 Oktober 2024.
Semua ikhtiar dikorbankan, bahkan masa depan bangsa Indonesia ditumbalkan untuk melayani kerakusan kekuasaan Jokowi.
Para elit, parpol, anggota DPR, dan semua yang bertanggungjawab atas kerusakan negeri ini diam saja. Tidak berbuat apapun.
DPR MPR diam, malah sibuk ngurus fasilitas rumah dinas dan uang pensiun seumur hidup. Padahal, baru dilantik. Bukannya ngurusi rakyat, sibuk ngurusi dirinya sendiri.
Lalu, kemana pula 280 juta rakyat Indonesia? Apakah, semua rela ditumbalkan, hanya untuk melayani kepentingan Jokowi, dengan tetap melantik Gibran?
Sudah saatnya, umat Islam tidak ditumbalkan hanya untuk melayani kepentingan elit politik. Sudah saatnya, umat Islam berjuang untuk kepentingannya sendiri, yakni untuk Islam dan kaum muslimin.
Coba lihat, saat Pemilu para elit mengajak rakyat ikut bertengkar dan terbelah untuk mendukung calon mereka.
Begitu selesai Pemilu, para elit sibuk membangun komunikasi untuk berbagai kekuasan. Tidak ada koalisi dan oposisi, semua menjilat kekuasaan untuk mendapatkan jatah kursi.
PDIP tidak ada bedanya dengan Jokowi, sama-sama kemaruk kekuasaan. PKS, PAN & PKB yang mengklaim partai Islam, pun larut dalam kekuasaan.
Partai lain, dari Golkar, NasDem, Demokrat hingga Gerindra, sama saja. Hanya peduli pada kekuasaan, tidak punya kepedulian terhadap rakyat.
Wahai umat Islam, masihkah kalian mau ditipu dan menjadi tumbal demokrasi? Kalian ditumbalkan, untuk melayani syahwat politik para politisi dan oligarki!
Apakah belum cukup, alasan untuk meninggalkan demokrasi, dan fokus berjuang untuk Islam, dengan memperjuangkan syariah dan Khilafah? Apakah kalian tidak rindu, negeri ini menjadi negeri yang diberkahi, karena taat kepada Allah SWT dengan menegakkan hukum-hukum-Nya?
Khilafah telah dikabarkan oleh lisan Baginda Nabi Muhammad Saw akan kembali tegak dimuka bumi. Khilafah yang dijanjikan itu, adalah Khilafah ala Minhajin Nubuwah.
Tidakkah kalian rindu, Indonesia ini menjadi negeri yang pertama kali mengembalikan Khilafah?
Negeri yang menunaikan akad Bai’at kepada Khalifah, untuk menegakkan kitabullah dan Sunnah Rasulullah?
Semoga, segala kerusakan di negeri ini menjadi bahan perenungan agar kita bisa segera kembali kepada Islam, kembali pada ridlo Allah SWT, kembali menegakkan syariah dan Khilafah.
Jika bangsa Indonesia tidak segera mengambil kesempatan meraih kemuliaan, dengan menegakkan Khilafah di negeri ini, maka bangsa yang lain akan segera mengambil alih dan memperoleh kemuliaan itu.
Bangsa Arab sudah pernah mendapat giliran dimuliakan dengan Khilafah. Bangsa Irak sudah pernah mendapat giliran dimuliakan dengan Khilafah.
Bangsa Mesir sudah pernah mendapat giliran dimuliakan dengan Khilafah. Bangsa Turki sudah pernah mendapat giliran dimuliakan dengan Khilafah.
Kapan giliran, bangsa Indonesia?