Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Kemkominfo: Kekalahan Beruntun dalam Tiga Skandal Besar, Akankah Terjadi Lagi?

3 'Blunder' Kominfo dalam Sepekan Menurut Roy Suryo, Terbaru Ucapan Ultah Jokowi Seperti Kabar Duka - TribunNews.com

Kemkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) berada dalam sorotan tajam setelah serangkaian insiden yang membuat publik mempertanyakan kesiapan dan keandalan mereka dalam mengelola teknologi informasi di Indonesia. Dalam waktu seminggu, Kemkominfo mengalami tiga kegagalan besar, yang oleh banyak orang diibaratkan seperti kekalahan telak dalam pertandingan sepak bola dengan skor 0-3.

“Dari kegagalan mengatasi situs hoaks, blunder di media sosial, hingga serangan siber yang melumpuhkan Pusat Data Nasional (PDN), apakah ini pertanda akan lebih banyak skandal di masa depan?,” ungkap Dr. KRMT Roy Suryo, Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen dalam pesan WhatsApp nya kepada editorindonesia.com,  Sabtu (22/6/2024)

Kekalahan pertama, ungkap Roy Suryo. dimulai dengan kegagalan Kemkominfo dalam menangani situs hoaks Ela Elo. Situs ini menyebarkan informasi palsu yang menyesatkan masyarakat. Ketidakmampuan Kemkominfo untuk segera menanggapi dan menutup situs tersebut menjadi cemoohan publik. “Netizen mempertanyakan kemampuan lembaga ini dalam menghadapi tantangan nyata dunia digital yang semakin kompleks,” kata Roy.

Kekalahan kedua, jelas Roy, Kemkominfo blunder ucapan selamat Ultah ke-68 Presiden Jokowi. Menurut Roy, ini sangat fatal dengan memposting ucapan selamat ulang tahun ke-68 kepada Presiden Joko Widodo. Sayangnya, desain dan penyampaian ucapan tersebut terlihat lebih seperti ucapan duka cita, yang memicu gelombang tawa dan menjadi trending topic dengan kata “meninggal” di media sosial. “Blunder ini bukan hanya memalukan tetapi juga menunjukkan kurangnya sensitivitas dan profesionalisme dalam komunikasi publik,” tegasnya.

Untuk kekalahan ketiga, jelas dia, serangan siber melumpuhkan Pusat Data Nasional (PDN).

Puncak dari serangkaian kekalahan ini terjadi, lanjut Roy, saat PDN di Cikarang, yang dibangun dengan biaya sebesar 104 Juta Euro atau sekitar Rp. 2,7 Trilyun, terkena serangan siber ransomware. Serangan ini bukan hanya mengungkapkan kelemahan sistem keamanan PDN, tetapi juga menyoroti kurangnya kesiapan dalam manajemen bencana dan rencana kontingensi. Meski investasi besar telah dialokasikan untuk membangun PDN yang andal dan aman, realitasnya jauh dari harapan. 

Ironisnya, ungkap mantan Menpora ini, kendati dana besar telah diinvestasikan, PDN ternyata tidak siap menghadapi serangan yang menyebabkan kelumpuhan sistem. Kapasitas 40 Petabyte dan Memory 200 Terabyte yang sering disebut-sebut ternyata tidak ada artinya tanpa manajemen risiko dan strategi pemulihan bencana yang efektif. “Kekalahan ini semakin mengkhawatirkan jika kita mengingat rencana pemerintah untuk membangun PDN serupa di Labuan Bajo dan Ibu Kota Nusantara (IKN), yang infrastrukturnya mungkin tidak sekuat di Batam dan Cikarang,” ucap Roy.

Kemkominfo di Bawah Tekanan

Kekalahan beruntun ini seperti pertandingan sepak bola yang penuh dengan blunder. Roy mengibaratkan dalam sepak bola, ada istilah Hattrick, Quattrick, bahkan Quintrick, untuk menggambarkan jumlah gol yang dicetak oleh satu tim atau pemain. Sejarah telah mencatat pemain-pemain seperti Erling Haaland, Lionel Messi, dan Cristiano Ronaldo pernah mencetak Quintrick. Dalam konteks Kemkominfo, serangkaian kekalahan ini mungkin baru permulaan. Jika tidak ada perubahan signifikan, lebih banyak kegagalan di masa depan sangat mungkin terjadi.

Dengan proyek Satu Data Indonesia (SDI) dan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang diamanatkan oleh Perpres No. 132 Tahun 2022 dan Perpres No. 82 Tahun 2023, ketergantungan pada PDN akan semakin meningkat. Menurut Roy, hal ini berarti, tidak hanya data imigrasi dan paspor yang berisiko, tetapi juga data sensitif lainnya seperti e-KTP, NPWP, BPJS, SIM, hingga sertifikat tanah dan rekening bank. Dampak potensial dari kegagalan sistem ini bisa sangat merusak dan menyebabkan kekacauan besar di masyarakat.

Meskipun nada pesimis mendominasi diskusi publik saat ini, masih ada harapan jika Kemkominfo mau belajar dari kesalahan dan melakukan perbaikan. Penting bagi pemimpin masa depan untuk mendengarkan dan menempatkan orang-orang yang tepat di posisi penting, bukan hanya sekedar pelawak atau relawan yang kurang kompeten. “Data is The New Oil,” dan dalam tangan yang salah, bisa menjadi senjata mematikan.

“Kemkominfo harus segera berbenah dan membuktikan bahwa mereka bisa bangkit dari kekalahan beruntun ini. Jika tidak, kita mungkin akan melihat kekalahan Quattrick, atau bahkan lebih buruk lagi, yang akan menjadi bencana besar bagi teknologi informasi dan keamanan data di Indonesia,” tandas Roy.

Kontributor : RS

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved