Wiranto: Tuntutan Warga Papua Sebenarnya Sudah Terpenuhi

753
Warga Papua diminta untuk berdialog dan tak bertindak anarkis.

Menteri Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto, menyebut tuntutan rakyat Papua sebetulnya sudah dipenuhi.

Dia menyontohkan, proses hukum terhadap lima anggota militer sudah dilakukan.

” Termasuk Danramil dan Babinsa, masuk ke tahap selanjutnya. Sedangkan tiga lainnya jadi saksi,” kata Wiranto, dilaporkan Liputan6.com, Jumat, 30 Agustus 2019.

Kasus itu, kata mantan Panglima ABRI ini, sudah ditangani Polda Jawa Timur. Para pelaku disangkakan melanggar UU ITE dan penghasutan.

Wiranto mengatakan, telah mencari solusi untuk meredam kerusuhan di berbagai wilaya di Papua. Wiranto mengaku menyesal terjadi ucapan yang tak bertanggung jawab.

” Sehingga terjadi demonstrasi, lalu ditunggangi orang tak bertanggung jawab sehingga anarkis,” ujar dia.

 

Freddy Numberi Angkat Bicara

Sementara itu, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Laksamana Madya TNI (Purn), Freddy Numberi meminta masyarakat Papua kembali beraktivitas seperti sedia kala dan menghentikan tindakan anarkis.

” Kita sesalkan kejadian di Papua. Saya imbau, kembalikanlah, kembali tenang, percayakan kepada pemerintah untuk menyelesaikannya dengan baik,” kata Freddy.

Tokoh dari Papua ini menambahkan, jika kondisi ini terus terjadi di Papua, akan merugikan masyarakat itu sendiri. Sebab itu, masalah ini hendaknya dapat diselesaikan dengan cara dialog.

” Jangan karena masalah kecil kita terpicu, ini sangat menyakitkan, sangat sedih. Kita hadapi dengan tenang, kita harus cari solusi bersama-sama,” ucap dia.

Sumber: Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro

Soal Papua, KH Ma`ruf Amin: Jangan Sampai Rusak Persatuan

Wakil Presiden terpilih, Ma’ruf Amin berkomentar mengenai peristiwa kerusuhan di Papua.

” Kalau ada kesalahan satu dua orang, kita selesaikan. Tapi jangan merusak, kemudian persatuan Indonesia menjadi terganggu,” kata Ma’ruf dilaporkan , Kamis, 29 Agustus 2019.

Ma’ruf mengingatkan, bangsa Indonesia punya kesepakatan nasional untuk saling toleransi dan menjadi suatu bangsa.

Masalah kesepakatan nasional itu pula yang ditekankan Ma’ruf Amin saat bertemu para ulama dan ormas Islam di Kantor MUI Medan.

” Ya pokoknya kita ingin mengajak supaya kita di dalam menjalankan tugas-tugas demokrasi, membawa aspirasi, dakwah, kita harus berada, tidak boleh keluar dari kerangka kesepakatan nasional kita,” ujar dia.

Akses Telepon dan SMS di Jayapura Mati

Setelah dua pekan akses internet dibatasi, kini layanan telepon dan short message service (SMS) di Jayapura, Papua, mati. Akses telepon dan SMS sudah tidak bisa dipakai sejak pukul setengah empat sore waktu setempat.

” Saya telepon berulang-ulang, tapi tidak bisa, saya khawatir keluarga, jangan sampai masih ada yang di jalan,” kata Subarna, warga Papua, dikutip dari Liputan6.com, Kamis 29 Agustus 2019.

Kondisi Papua memang kurang kondusif. Aksi unjuk rasa terjadi di sejumlah titik. Akses telepon dan SMS dimatikan saat massa pengunjuk rasa mulai bergerak ke Kantor Gubernur Dok II Jayapura.

Sejumlah kantor pun menghentikan operasi dan memulangkan karyawan lebih awal. Markus misalnya, diperbolehkan pulang lebih awal karena merasa takut jalan yang dia lalui menjadi rute pengunjuk rasa.

” Infonya di Abepura sudah rusuh karena ada aksi pembakaran, makanya kami yang bekerja di perbankan dipulangkan lebih awal,” ucap Markus.

PLN

Informasi yang beredar di lapangan, massa bergerak dengan berjalan kaki sambil melempari setiap bangunan yang dilewati. Massa yang menggunakan kendaraan bermotor bergerak membawa bendera.

Sebelumnya, PT PLN (Persero) telah memadamkan listrik di wilayah yang mengalami kebakaran dan terjadi kerusuhan.

Direktur Bisnis Regional PLN Maluku Papua Ahamd Rofik mengatakan, PLN tidak melakukan pemadaman listrik secara menyeluruh di Jayapura, akibat aksi masa buntut dari peristiwa asrama mahasiswa di Surabaya.

” Tidak (ada pemadaman listrik diseluruh Jayapura),” kata Rofik.

Jayapura Rusuh, Aktivitas Lumpuh

Dream – Kota Jayapura diselimuti ketegangan. Demonstrasi yang digelar sejumlah massa di Ibu Kota Provinsi Papua itu berujung kerusuhan.

Dikutip dari , Kamis 29 Agustus 2019, massa melempari gedung pertokoan dan perkantoran. Mereka juga membakar mobil yang terparkir di jalanan.

Dilaporkan Antara, aparat gabungan TNI dan polisi berupaya membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata. Massa pun berlarian mundur.

Beberapa gedung menjadi korban amukan massa. Seperti Kantor Pos dan kantor Telkomsel Jayapura terbakar.

Pun demikian dengan gedung sekretariat Majelis Rakyat Papua. Gedung ini juga dibakar massa.

” Memang benar kantor MRP dibakar, Kamis sekitar pukul 14.00 WIT oleh para pendemo,” ujar anggota MRP, Ustaz Tony Wanggai.

 

Toko Tutup, Pasar Sepi dan Angkot Berhenti Beroperasi

Saat kerusuhan terjadi, gedung tersebut sedang kosong. Seluruh anggota MRP, termasuk Ustaz Wanggai, sedang berada di luar Papua untuk berkonsolidasi dengan sejumlah pemerintah daerah meminta jaminan keamanan bagi mahasiswa Papua.

Sebelum kerusuhan terjadi, aparat telah memasang kawat berduri di sejumlah objek vital sepanjang jalan dari Kota Abepura menuju Jayapura. Jalan ini merupakan rute yang dilalui massa peserta demonstrasi.

Sejumlah pertokoan dan perkantoran di Jayapura tutup lebih awal. Demikian pula dengan angkot, para sopir memutuskan tidak beroperasi.

” Memang kami sengaja tidak beroperasi guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” kata salah satu sopir angkot jurusan Entrop-Pasir Dua, Supri.Dream – 

Berikan Komentar Anda

comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here