Jakarta – Video santri dengan narasi menutup telinga saat mendengarkan musik di area vaksinasi viral di media sosial (medsos). Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad menyayangkan adanya komentar negatif terkait sikap santri tersebut.
“Kenapa usil harus ada komentar-komentar negatif, sah-sah saja orang menyukai musik atau tidak menyukai musik itu adalah urusan masing-masing,” ujar Dadang kepada wartawan, Selasa (14/9/2021).
Dadang mengatakan selera musik setiap orang berbeda. Sehingga perlu untuk menghormati satu sama lain.
“Di dunia ini tidak semua orang menyenangi musik, tidak semua orang menyukai hal-hal yang kesenian. Jadi kita harus menghormatilah kesenangannya, menghormati pada minat dan bakatnya,” kata Dadang.
Dadang mengatakan terdapat beberapa kemungkinan sehingga membuat para santri tersebut menutup telinga. Salah satunya terkait musik yang diputar tidak sesuai dengan selera para santri.
“Sebenarnya kan soal selera ya, kemungkinan musik itu tidak enak didengar. Saya juga seringlah menyenangi satu musik dan tidak menyenangi musik yang lain,” ucapnya.
“Saya suka kalau bising itu tutup telinga, relatif kalau tidak selera kita tidak mau dengar. Mungkin itu tidak satu selera dengan para santri,” imbuhnya.
Selain itu, dia menilai hal ini bisa juga karena para santri tengah konsentrasi terhadap hafalan. Sehingga takut terbuyarkan dengan suara musik yang terdengar.
“Santri itu mungkin sedang konsentrasi terhadap hafalannya jadi takut terbuyarkan oleh suara musik,” kata Dadang.
Diketahui, dalam video yang beredar dan dibagikan di sosial media, terlihat sekelompok orang yang disebut sebagai santri menutup kuping. Si perekam yang diduga merupakan guru atau ustaz menyebut bahwa mereka menutup telinga karena ada alunan musik di lokasi.
Namun, tidak jelas kapan dan di mana lokasi kejadian tersebut. Tidak disebutkan juga dari mana asal santri-santri tersebut.
Pandangan MUI
Sebelumnya, Wakil Sekjen MUI, M Ziyad, juga mengomentari soal video santri tersebut. Ziyad mengaku bahwa dia adalah pengajar dari penghafal Al-Qur’an (tahfiz). Menurutnya, para santri dijaga hafalannya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal lain.
“Anak santri ini memang dijaga betul hafalan alqurannya termasuk jangan sampai mendengarkan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi hafalan-nya. Itu salah satunya itu adalah musik. Suara-suara, nggak hanya musik saja gitu,” ujarnya.
Menurut Ziyad, penghafal alquran memang perlu menjaga hafalannya. Mereka memiliki masalah jika mendengarkan musik, dan musik itu yang akhirnya menempel dalam ingatan.
“Mohon maaf kalau mau jauh, Imam Syafi’i, kalau pergi ke masjid, telinga disumpal dengan kapas. Apa tujuannya, dia tidak ingin dengar apapun selama perjalanan dari rumah ke masjid. Saking cerdas beliau, hanya mendengar itu beliau hafal di pikiran dia. Takut tercampur dengan hafalan hadis, fikih dll. Kita harus proporsional, jernih melihat itu,” katanya.
Ziyad malah memberikan perhatian pada panitia vaksinasi. Apakah mereka tahu bahwa yang akan divaksin adalah penghafal alquran.
“Maka justru seharusnya saya bertanya, apakah panitia pelaksana vaksinasi lihat siapa pesertanya. Harusnya menghormati, kalau peserta para santri, penghafal Alquran, maka musik harus dimatikan kalau kita hormati itu. Sebab ada ada santri yang terganggu hafalan-nya makanya santri kemudian menutup telinga,” katanya.
Sumber Berita / Artikel Asli : Detik