Singgung Trans Papua, Gubernur Lukas Enembe Emosional: Kami Tak Pernah Lewat Jalan yang Dibangun

874

Gubernur PapuaLukas Enembe menegaskan rakyatnya membutuhkan kehidupan, bukan hanya pembangunan.

Lukas Enembe menjelaskan bahwa orang Papua membutuhkan kehidupan bukan pembangunan.

Hal itu diungkapkan oleh Lukas Enembe saat menjadi bintang tamu di acara ‘Mata Najwa’, Rabu (21/8/2019).

“Orang Papua perlu butuh kehidupan bukan pembangunan,” kata Lukas Enembe dikutip TribunWow.com dari channel Youtube Najwa Shihab, Kamis (22/8/2019).

“Butuh kemanusiaan,” imbuh Sekjen Federasi KontraS, Andy Irfan Junaedi yang turut menjadi bintang tamu.

Pembangunan infrastrutruktur di Papua dianggap belum menuntaskan masalah di Papua.

Lukas Enembe mengatakan, orang Papua biasanya tak melewati jalan Trans Papua.

“Itu bukan tentu orang PapuaPapua tidak pernah lewat jalan yang dibangun.”

“Mereka tidak punya apa-apa mereka butuh kehidupan,” ungkap Lukas Enembe.

Kemudian, Andy Irfan turut menambahkan bahwa Human Development Index (HDI) orang Papua masih rendah.

HDI adalah ukuran seseorang pada tingkat harapan hidup, tingkat pendidikan, pemahaman huruf-huruf, dan standar hidup seseorang.

“Ya enggak usah kita pake repot-repot coba lihat Human Development Index sebagai peristiwa paling standar,” jelas Andy Irfan.

Sebelumnya, Andy Irfan bertanya-tanya seberapa efektif orang Papua membutuhkan Trans Papua.

“Sama sekali, justru saya melihat itu yang bermasalah. Coba tanya pada teman-teman Papua, apakah mereka butuh jalan Trans Papua?,” tanya Andy.

“Siapa yang butuh, orang Indonesia-kah atau orang Papua-kah?”

Ucapan Andy sempat terhenti, sedangkan Najwa Shihab dan penonton satu studio terdiam.

“Saya bilang pembangunan itu penting, perlu. Tapi bagaimana proses perencanaan pembangunan dan implementasi pembangunan itu dilakukan mengedepankan kemanusiaan,” ujar Andy.

“Jakarta belum melihat Papua dengan pendekatan itu. Papua memiliki tingkat kekerasan yang panjang. Papua punya cerita berbeda dibanding provinsi lain. Kalau melihat Papua disamakan dengan maka kita akan terjebak di cerita yang sama,” paparnya.

Dijelaskan Andy, bahwa Papua membutuhkan guru, bukan senjata.

“Yang dikirim tentara, orang Papua butuh guru. Bukan butuh senjata. Orang Papua butuh ilmu, bukan dicaci. Itu yang penting,” ungkapnya.

Lihat videonya pada 7:22:

 

Aktivis Papua anggap Gus Dur merupakan Presiden yang Pahami Rakyat Papua

Seorang aktivis Papua, Filep Karma mengungkap sosok presiden favorit rakyat Papua.

Hal itu diungkapkan oleh Filep Karma saat menjadi narasumber di acara ‘Mata Najwa’, Rabu (21/8/2019).

Saat ditanya siapa sosok Presiden Republik Indonesia yang memahami rakyat Papua, Fidel Karma langsung menjawab Gus Dur.

Presiden ke-5 Indonesia itu dianggap yang paling mengerti keinginan orang Papua.

“Saya pikir hanya Gus Dur saja, beliau bisa mengerti apa-apa yang bangsa Papua inginkan,” kata Fidel Karma dikutip TribunWow.com dari channel Youtube Najwa Shihab, Kamis (22/8/2019).

Menurutnya, pemahaman Gus Dur itu membuat Papua bisa kembali mendapatkan identitasnya.

“Sehingga membuka peluang-peluang itu untuk kami.” ujar Fidel Karma.

“Gus Dur lah yang mengembalikan identitas kami sebagai bangsa Papua,” imbuhnya.

Selain itu, Gus Dur dianggap juga bisa berkomunikasi baik dengan orang Papua.

“Bisa berdialog dengan orang Papua,” katanya.

Sementara itu, saat ditanya sejauh mana hubungan dengan pemerintah, Fidel Karma menilai para pengurus negara justru menghindari dialog dengan orang Papua.

Ia terheran-heran dengan pemerintah Indonesia yang terkesan menghindari dialog dengan orang Papua.

“Apa yang membuat sehingga Pemerintah Indonesia begitu ketakutan dari dulu kami minta dialog tak pernah direspon,” tanya dia.

Bahkan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sudah melakukan penelitian di mana membutuhkan jawaban dari pemerintah.

Namun, pemerintah disebut tak pernah menanggapi penelitian itu.

“LIPI pun telah membuat penelitian, tapi tak pernah direspon,” katanya.

Menurut Fidel Karma, ada sesuatu yang disembunyikan.

“Semacam ada yang disembunyikan untuk jangan diketahui mayoritas orang Papua,” lanjut dia.

Padahal, penelitian LIPI itu dianggap bagus.

“Saya juga bertanya-tanya, soalnya dialog yang diusulkan LIPI itu bagus,” terang Fidel Karma.

Padahal, dialog antar pemerintah dan orang Papua merupakan jalan terbaik bagi hubungan keduanya.

“Tapi itupun ditakuti, ya maksudnya mungkin kalau kita coba untuk berbicara di situ mungkin tentunya pasti ada ada hal yang bisa disepakati ada hal yang tidak bisa disepakati,” terang Fidel Karma

“Jadi kita sepakat untuk tidak sepakat,” tambahnya.

Lihat videonya mulai menit ke 1:32:

 

tribunnews

Berikan Komentar Anda

comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here